Ragam  

Indang Tuo Balai Belo Sarat dengan Pesan-pesan Religius

Penampilan Indang Tuo ditampilkan Sanggar Indang Tuo di Balai Belo, Kecamatan Tanjung Raya, Minggu (23/8). (mursyidi)

LUBUK BASUNG – Suara tepukkan rebana terdengar saling sahut- sahutan. Sementara, seorang yang disebut tukang dikia duduk tepat di belakang barisan pemain rebana.

Ketua Sanggar Indang Tuo Balai Belo, Raismi Sutan Rajo Budi, Minggu (23/8) lalu, menjelaskan, mereka duduk bersila saling berdekatan dengan jumlah 11 orang.

“Kesebelas masyarakat Jorong Balai Belo, Nagari Koto Kaciak, Kecamatan Tanjung Raya, “katanya.

Di nagari tersebut digelar mempertunjukkan aksi kesenian klasik Islami. Masyarakat setempat menyebutnya Indang Tuo. Indang Tuo merupakan indang yang mensiarkan ajaran agama Islam melalui kesenian rebana.

“Indang ini semula berkembang di Aceh, kemudian menyebar hingga ke Jorong Balai Belo. Di Jorong Balai Belo, kesenian ini sudah ada sejak 1958, “katanya.

Sejarah Indang berawal ketika Rasulullah membuat permainan untuk 11 orang anak Bujaha atau Sudaki. Mereka anak-anak zalim yang dirangkul sehingga menjadi alim dan ulama besar.

“Mereka diberikan semacam permainan Ripa’i atau Rebana sebagai media untuk menarik secara berlahan, sehingga mau mengikuti ajaran Islam,”katanya.

Kesebelas anak Yuzalim tersebut tumbuh besar menjadi ulama besar yang menyiarkan Agama Islam. Beberapa orang diantaranya, berhasil sampai ke Aceh dan memainkan kesenian tersebut untuk menjadi penarik masyarakat ikut dalam ajaran Islam.

“Perkembangan Islam di Aceh cukup pesat melalui Kesenian Indang tersebut. Hingga akhirnya sampai pula di Pariaman melalui Syekh Burhanuddin atau Abdulrahman,” katanya.

Sedangkan bisa sampai ke Koto Kaciak ini lanjutnya, melalui beberapa tokoh yang belajar ke Pariaman. Seperti Raba’in Sutan Parpatiah, Limun Sutan Majo Kayo, Saripudin, dan Sutan Pamenan. Saat itu sekitar tahun 1958.

“Kesenian ini dibawa beberapa Ulama bertarikat syatariah. Karena banyak yang belum paham, akhirnya beberapa orang di Koto Kaciak ini memutuskan mempelajari kesenian tersebut secara serius ke Pariaman,”katanya.

Selanjutnya, dari segi dendang atau berzanji yang disampaikan melalui tiga tahapan, yakni dimulai dari gerak tangan pertanda sambah-manyambah.