Ikhsyat Syukur : Wartawan Harus Lebih Cerdas dari Narasumber

Suasana zoom meeting program Fellowship Jurnalisme Pendidikan (FJP) Batch IV yang digagas Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) berkolaborasi dengan PT Paragon Technology and Innovation, Rabu (18/5/2022). Zoom kali ini menghadirkan naras sumber praktisi pendidikan Indonesia Ikhsyat Syukur. Ist

Di Amerika, para analisnya, mulai dari ekonomi, politisk, sosial, mereka adalah wartawan. Analis di Negeri Paman Sang itu bukanlah profesor dari perguruan tinggi. Wartawan di Amerika, setiap hari menemukan hal-hal baru karena itu mereka banyak jadi analis,

dengan kecerdasannya mereka bisa menganalisa berbagai hal.

“Jangan sampai kita kalah dengan nara sumber. Mari terus belajar dengan tingkatkan kecerdasan. Kalau tidak lebih cerdas paling tidak harus sama cerdas dengan narasumber.
Diakhir pertemuan, Ikhsyat kembali berpesan pada para peserta Fellowship Jurnalisme Pendidikan (FJP) Batch IV, yang terdiri dari 15 media. Mereka berasal dari berbagai provinsi di Indonesia.

“Kami titipkan negeri ini pada wartawan,” katanya mengakhir pertemuan.

Mutu Pendidikan

Pada kesempatan itu Pengamat Pendidikan Indonesia Ikhsyat Syukur, juga memaparkan tentang kondisi mutu pendidikan di Tanah Air yang sangat memprihatinkan.

Berdasarkan hasil Asesmen Nasional (AN) tahun 2021 yang aadirilis pemerintah April lalu cukup mengejutkan. Dimana untuk mencapai kompetensi minimum, banyak peserta didik yang tidak mampu.

Sebelumnya pemerintah menetapkan Ujian Nasional (UN) sebagai alat ukur kualitas pendidikan. Namun, seiring berjalannya waktu terjadi perubahan dan tahun 2019, pemerintah menggagas untuk dilakukan Asesmen Nasional yang kemudian baru dilakukan pada tahun 2021.

Asesmen Nasional merupakan program penilaian terhadap mutu setiap sekolah pada semua jenjang pendidikan. Kualitas pendidikan dinilai berdasarkan hasil belajar peserta didik. Antara lain terkait pemahaman seputar literasi, numerasi dan karakter.

“Hasil AN ini cukup memprihatinkan, dari sisi Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) misalnya, dalam hal literasi ditemukan fakta, 1 dari 2 peserta didik belum mencapai kompetensi minimum. Dan dalam numerasi, 2 dari 3 peserta didik juga belum mencapai kompetensi minimun. Jadi mencapai kompetensi minimun saja belum,” ungkapnya.

Selain AKM, Ikhsyat juga memaparkan tentang hasil survei karakter. Dimana kemandirian dan kebhinnekaan global sangat rendah. Pada sisi lain, imtak dan kreativitas tinggi. Menurutnya, semakin baik karakter, maka akan semakin meningkat pula pemahaman terhadap literasi dan numerasi.