Solok  

Geothermal Gunung Talang Memerlukan Sosialisasi Intensif dari Pemda

Gunung Talang

Solok – Pemanfaatan energi panas bumi yang ada di Kabupaten Solok tepatnya di kawasan kaki Gunung Talang belum dapat dilaksanakan. Penyebabnya karena sebagian kecil masyarakat masih menolak kehadiran proyek geothermal di kampung halaman mereka.

Ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) Nagari Batu Bajanjang, di Kecamatan Lembang Jaya, Bujang M Nur, mengatakan masyarakat yang menolak hadirnya geothermal di Gunung Talang hanya dua dari delapan jorong (setara dusun).

Bujang menyebut di Nagari (setingkat desa) Batu Bajanjang, ada 8 jorong. Jorong yang menolak hadirnya geothermal kata dia hanya dua jorong. Sedangkan 6 jorong lainnya menerima dan mendukung hadirnya proyek geothermal.

“Yang menolak itu Jorong Buah Gunuang sama Gurah. Selebihnya menerima,” kata Bujang. Ia menjelaskan dirinya bersama beberapa tahun lalu sudah pernah melakukan studi banding ke Desa Margamukti dan Lembang yang juga masuk wilayah produksi panas bumi di Jawa Barat.

Studi banding ini diikuti 70 orang yang terdiri dari unsur ninik mamak, perangkat nagari hingga peringkat kecamatan. Selain ke Jawa Barat, mereka juga pernah studi banding ke proyek geothermal yang ada di kabupaten tetangga yakni Kabupaten Solok Selatan.

Menurut Bujang, setelah studi banding, mereka berkesimpulan bahwa proyek geothermal dapat berdampingan dengan masyarakat. Dalam arti tidak akan mengganggu aktivitas pertanian masyarakat.

“Kami melakukan studi banding untuk membuktikan geothermal ini tidak merusak lingkungan. Yang dekat kita saja ini contohnya, di Solok Selatan, itu luar biasa hebat pertumbuhan ekonomi masyarakat di sana sekarang. Sampai sekarang belum ada pengaruhnya ke alam sekitar,” ujar Bujang M Nur.

Bujang menceritakan adanya sebagian kecil masyarakat Batu Bajanjang menolak kehadiran geothermal karena adanya provokasi dari pihak luar. Di mana pihak luar ini kata dia menginginkan proyek geothermal gagal terlaksana dengan cara memberikan kabar buruk yang menakut-nakuti masyarakat akan kerusakan lingkungan.

Bujang sendiri sudah membuktikan dengan melihat sendiri dengan mata kepalanya bahwa geothermal tidak merusak lingkungan. Malahan di dekat geothermal tempat ia studi banding, di dekatnya ada kebun teh seluas 20 hektar yang justru semakin subur dan hasilnya meningkat sejak adanya geothermal.

“Provokasi yang masuk dari luar itu kepada masyarakat, bahwa geothermal akan membuat sumber air berkurang, pipa-pipanya akan berbahaya bila didekati. Itu sama sekali tidak ada. Setelah saya studi banding, 180 derajat berbeda dengan provokasi yang dilakukan pihak luar,” ujar Bujang M Nur.

Selain provokasi pihak luar, kata dia juga ada tokoh-tokoh setempat yang menggiring isu ini untuk jualan politik. Sekarang kata dia ada beberapa orang yang dulunya mendampingi masyarakat Batu Bajanjang yang menolak geothermal berhasil duduk menjadi Anggota DPRD Kabupaten Solok.

Pemda Harus Turun Tangan