Gelinjang ‘Emmahaven’ di Denyut Nadi Perekonomian Nasional

Peningkatan infrastruktur pelabuhan tidak melulu meremajakan peralatan, pihak Pelindo II Cabang Teluk Bayur juga akan membangun gedung baru IPC Teluk Bayur, pembangunan Kantor Lurah Teluk Bayur, Kantor KSOP, Kantor Koperbam Teluk Bayur, dan Masjid Muhammadiyah Teluk Bayur dengan nilai investasi sebesar Rp 35 miliar.

Optimisme Armen tampak makin menyala ketika jelang tutup 2018, laba pengelolaan pelabuhan Pelindo II Cabang Teluk Bayur diprediksi melebihi target. Ia memperkirakan keuntungan yang akan diperoleh hingga akhir tahun bisa mencapai Rp40 miliar.” Kita terus berbenah agar semua pengguna jasa pelabuhanan dapat terlayani dengan baik, biaya aktivitas pelabuhan bisa berkurang,” paparnya.

Sejarah pelabuhan Teluk Bayur, sama panjangnya dengan usia dermaga yang dibangun pada 1888 dan selesai tahun 1893 itu. Banyak cerita dan kenangan yang mengikuti perkembangan pelabuhan yang pernah ‘mengadopsi’ nama Ratu Belanda, Emmahaven, yang konon berkunjung pada tahun 1916 silam.

Dalam catatan sejarah pelabuhan yang memiliki bentangan dermaga sepanjang 1,4 km di kawasan seluas 82,64 hektar ini, awalnya merupakan pelabuhan samudera yang melayani kegiatan perdagangan internasional. Fungsi utama pelabuhan Emmahaven, kala itu, adalah sebagai pintu gerbang antar pulau, baik untuk penumpang maupun hasil bumi.

Pelabuhan yang berada di kelurahan Teluk Bayur Selatan, Kecamatan Padang Selatan Kota Padang ini, terus menyimpan banyak potensi ketika ia berkembang sebagai pintu gerbang arus keluar masuk barang ekspor-impor dari dan ke Sumatera Barat.

Banyak harapan menggantung di Teluk Bayur, sama tingginya dengan persaingan moda transportasi itu sendiri. Bila aktivitas pelabuhan telah bangkit dan bersaing, Teluk Bayur diyakini memberi kontribusi bagi Sumbar dan bangsa Indonesia.” Setiap eksport dari Teluk Bayur berdampak pada perekonomian masyarakat Sumbar,” ungkap Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, baru baru ini.

Pelindo II Cabang Teluk Bayur juga mengusahakan membuhul konektifitas dengan enam pelabuhan lain di Sumbar. Pelabuhan Muaro Padang, Pelabuhan Panasahan Painan, Pelabuhan Teluk Tapang Pasaman Barat, dan tiga pelabuhan yang menyatukan pulau Mentawai, akan mengintegrasikan dengan pelayaran menuju Teluk Bayur. Apabila ini disatukan dampaknya luar biasa sekali. Sumatera Barat bakal punya infastruktur pelabuhan yang besar dibandingkan dengan daerah lain di dunia.

Dalam skemanya, pihak Pelindo II Cabang Teluk Bayur ingin menginisiasi mengintegrasikan lima pelabuhan yang sebelumnya ada di Sumbar. Teluk Bayur sebagai poros, menjangkau pelabuhan Teluk Tampang di Pasaman.” Insya Allah tahun 2019 sudah diakokasikan anggaran Rp 68 miliyar untuk revitalisasi pelabuhan Teluk Tampang,” ungkap Armen Amir.

Program integrasi pelabuhan itu sekaligus untuk merealisasikan komitmen Sumbar menuju 5 juta eksport dengan lima perusahaan CPO. Bahkan ketika hasil produksi lima komoditas Sumbar menuju pasar dunia, pelabuhan TeluknBayur akan menjadi semakain berarti. Melalui pelabuhan Teluk Bayur CPO asal Sumbar dikirim ke India, Bangladesh, Thailand, USA, Mesir dan Kenya. Cangkang biji sawit ke Jepang dan Korea Selatan, Bukil pakan ternak ke Newzeland dan Korea Selatan. Semen ke Bangladesh, Maladewa dan Srilanka dan Batubara kita ke India.

Konektifitas itu, berbanding lurus dengan program kepariwisataan di Sumatera Barat. Diuntungkan oleh geografis Teluk Bayur, maka pelabuhan ini akan terintegrasi menjadi satu dengan seluruh pelabuhan di Sumatera Barat, sehingga memunculkan potensi lain di bidang pariwisata.

Teluk Bayur, yang berada di teluk dan berdampingan dengan perbukitan gunung Padang, menjadikan pesona pelabuhan sangat menakjubkan. Pemandangan Samudera Hindia akan terlihat dari bukit sekitar Teluk Bayur.
Untuk mempertegas Teluk Bayur sebagai destinasi wisata sejarah, Pelindo II cabaTeluk Bayur berencana akan membangun Pusat Maritim Center di kawasan Batang Arau.