FAKHRIZAL MEWAKILI TIPIKAL MINANG; Ilmu Iya, Mencari Iya dan Agamo Pasti nan Utamo

Fakhrizal (ist)

Kini mau jadi gubernur, kaji di surau jadi bekal, gaul di lapau jadi ilmu, hidup lama di rantau pengunci kata. Masak. Berat. Surau lapau rantau berat, biar jenderal saja

Rasanya saja yang murah jadi pimpinan itu. Kalau sekadar mahariak-hariak, main golf, teken surat, gampang. Yang susah menanai jabatan. Ini gubernur, jangan enaknya saja yang tampak. Amanah yang diemban, itulah tugas. Makanya jadi gubernur mengurus rakyat. Cobalah keker-keker, tenok baik-baik.

Itu juga mungkin yang mendorong sejumlah tokoh di Sumbar menyambangi ruang kerja Jenderal bintang dua ini jelang kepindahannya ke Mabes Polri beberapa waktu lalu. Mereka terdiri dari alim ulama hingga cadiak pandai.

Adapun tokoh yang hadir di antaranya, Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Sumbar, Duski Samad, Ketua DPW Muhammadiyah Sumbar Shofwan Karim, Buya Bagindo Leter, Buya Masoed Abidin serta tokoh lainnya. Mereka mengucapkan terima kasih atas kinerja Irjen Fakhrizal selama menjadi Kapolda Sumbar.

Menurut Buya Masoed Abidin, selama Fakhrizal memimpin Sumbar masyarakat Sumbar dari golongan bawah hingga atas merasakan hidup nyaman. Hal inipun yang menggerakkan para tokoh untuk sepantasnya mengungkapkan terima kasih.

Para tokoh tersebut menggambarkan sosok Fakhrizal telah melaksanakan petuah negeri selama menjabat Kapolda, seperti pepatah Minang kaluak paku kacang balimbiang, anak dipangku kemanakan dibimbing. Urang kampung lai dipatenggangkan. “Terselip rasa, rasa ini petuah kita. Kalau merantau, merantau kemana sajalah dulu. Nanti kalau berguna kembali ke kampung. Pulang kampung lebih membawa kebaikan dan martabat,” ungkapnya. (malin kapalo koto)