Didukung Semen Padang, Batu Busuk Dikembangkan dengan Mamasukkan Konsep Budaya

Dari kanan: Ketua Forum Nagari Lambuang, Bukit Dedi Azhari, Staf TJSL Unit CSR PT Semen Padang, Nurwan, Camat Pauh Rony, Kabid Destinasi dan Daya Tarik Pariwisata Dinas Pariwisata Kota Padang, Diko Riva Utama, beserta tokoh masyarakat Lambuang Bukit memukul gendang sebagai tanda diresmikannya Objek Wisata Budaya Batu Busuk.

PADANG – Ketua Forum Nagari Kelurahan Lambung Bukit, Dedi Azhari mengatakan bahwa objek wisata Batu Busuk ini dikembangkan dengan mamasukkan konsep budaya di dalamnya.

Karena objek wisata ini ditopang oleh 4 sanggar di bawah binaan Forum Nagari Kelurahan Lambuang Bukit, yaitu Sanggar Nago Sakti, Sanggar Banih Sarumpun, Sanggar Nago Saiyo dan Sanggar Sungkai Sakato.

Kemudian terkait dalam mengembangkan potensi objek wisata di Batu Busuk ini, PT Semen Padang melalui Forum Nagari Kelurahan Lambung Bukit mengalokasi bantuan CSR sekitar Rp90 juta.

Bantuan tersebut dialokasikan untuk tiga kegiatan. Pertama, untuk merevitalisasi Lubang Jepang dan Taman Bunga yang berada di dekat PLTA Kuranji.

Kedua, pengembangan objek wisata pemandian, yaitu di Lubuk Mande Rubiah. Dimana, suasana alam yang sejuk dan didukung air yang bersih, serta adanya ikan larangan di dalam lubuk tersebut.

Pada program pengembangan Lubuk Rubiah ini, PT Semen Padang mengalokasikan anggaran sekitar Rp50 juta.

Anggaran puluhan juta ini, digunakan untuk membangun sarana dan prasarana berupa toilet, tempat ganti pakaian, membuat saung dan jenjang untuk turun ke sungai,” ujarnya.

Selanjutnya, untuk pengembangan kegiatan camping ground sebesar Rp25 juta, dan lokasinya berada di Lubuk Tampat (sungai biru).

“Potensi camping ground ini juga didukung oleh wisata durian kalau lagi musim durian, serta air sungai di dekat tempat kemping berwarna biru. Di kawasan ini juga kami buat saung dan toilet,” bebernya.

Selain tiga potensi wisata tersebut, juga ada potensi lainnya yang menarik di Batu Busuk, seperti Jenjang Teka Teki di depan PLTA Kuranji nenuju saringan air.

Jenjang ini disebut sebagai Jenjang Teka Teki, karena setiap yang menghitung anak tangganya selalu hasilnya berbeda. (*)