Di Sini Kami Hidup dan Berdaya Guna

Pesantren Entrepreneur Gratis di Payakumbuh

Santri belajar membuat makanan dari olahan ikan bersama Dinas Perikanan Payakumbuh. Ist
Santri belajar mandiri mengerjakan. Ist

Menimba ilmu di Pesantren Entrepreneur Payakumbuh merupakan sebuah keberuntungan bagi Adam dan santri lainnya. Sebab mereka tak akan sanggup menimba ilmu tanpa pendidikan gratis tersebut.

Adam mengetahui Pesantren Enterpreneur Payakumbuh dari saudaranya, yang juga bersekolah di pesantren tersebut. Dia bergegas mempersiapkan segala persyaratan agar bisa masuk di pesantren yang dia impikan. Sampai akhirnya dia tercatat sebagai santri dan akan terus menimba ilmu hingga jenjang SMA.

Semua Demi Membantu Dhuafa

Tingginya biaya masuk sekolah islam dewasa ini, menjadi salah satu motivasi bagi H. Ihsan Fadila, ST,MM, pemilik, sekaligus pengelola Pesantren Entrepreneur Payakumbuh. Berbekal pengalaman mengelola program remaja masjid disebuah televisi swasta dia mendirikan Yayasan Raudhatul Jannah pada Juli 2019.

Dia kembali ke kampung halaman di Payakumbuh, mendirikan pondok pesantren yang didukung penuh istri dan keluarga besarnya.

Dalam pandangannya generasi Islam yang hidup di bawah garis kemiskinan, ilmu keagamaanya sangat kurang. Sebab sekolah Islam ternama saat ini rata-rata hanya untuk orang kaya. Karena tingginya biaya pendidikan di sana. Jika pun ada sekolah Islam negeri, pendidikannya ada yang bagus dan banyak yang kurang.

“Atas kondisi itu saya sangat prihatin. Kasihan generasi Islam. Masa depan mereka terkait keislaman, seperti akhlak jauh dari harapan,” ujar Ihsan, mantan GM TVOne tersebut.

Harusnya kata Ihsan yang juga mantan Ketua Jaringan Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia itu, harus ada kesamaan akses pendidikan bagi orang tak mampu dengan orang-orang yang berpunya mampu.

“Jangan orang berpunya saja dapat pendidikan Islam yang layak, tapi orang tak mampu mesti dapat pendidikan yang sama,” ulasnya.

Santri berjualan menggunakan gerobak. Ist