Cara Rumah Kebaya di Limapuluh Kota Bertahan Ditengah Perkembangan Zaman

Amrida (68) seorang pengrajin kebaya asal Limapuluh Kota memperlihatkan hasil jahitannya.(esa)

Kebaya yang dipajang itu adalah hasil dari enam orang karyawan. Semuanya adalah ibu-ibu rumah tangga didaerah setempat.

Amrida menceritakan, menjahit kebaya adalah warisan turun temurun yang ia dapat dari sang ibu, bukan semata-mata untuk menambah penghasilan melainkan mengangkat kembali kerajinan bordir didaerah itu yang sudah mulai ditinggalkan.

Bermodalkan uang seadanya waktu itu dan dibantu dukungan keluarga ibu Amrida memusatkan usaha bordiran itu di rumah miliknya dengan menjahit sendiri. Kemudian hasil jahitan itu dipasarkan ke Kota Padang.

Hal itu ia lakoni bukan dalam jangka waktu yang pendek, hal itu ia lakukan dua kali dalam seminggu dan berlangsung 15 tahun lamanya. Belum lagi Amrida membiayai pendidikan tiga orang anaknya diwaktu itu.

“Dulu untuk memasarkan nya tidak semudah saat ini, setelah kita jahit kita gendong memasarkan ke Kota Padang,” ucapnya.