Bumi Sikerei Punya Cara Cegah-Tangkal Terorisme       

WISATAWAN MANCANEGARA – Sejumlah wisatawan mancanegara berfoto bersama usai berselancar di Pantai Mapadegat, di Dusun Mapadegat, Tuapejat, Kecamatan Sipora Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat.

Chris tertarik dan betah berlibur ke Mentawai tidak hanya karena pulau-pulau tropisnya yang menawarkan pesona alamnya yang memukau, ombak lautnya yang besar yang memberikan sensasi untuk kegiatan surfing, jauh dari polusi udara, juga segi keamanannya yang terjaga membuatnya betah berlama-lama tinggal di Mentawai.

Kunjungan wisata

Mentawai dapat diibaratkan sekeping surga di dunia, wisatawan dari berbagai penjuru dunia berduyun-duyun berkunjung ke Mentawai yang memiliki 102 pulau dan luas sekitar 7.000 Km2. Mentawai memang menyimpan banyak sekali jenis wisata menarik yang patut dikunjungi. Mentawai yang dikenal dengan julukan Bumi Sikerei ini memiliki daya tarik untuk liburan maupun untuk kepentingan riset.

Mentawai memiliki berbagai atraksi wisata yang menarik. Mulai dari wisata alam, wisata seni (tarian-tarian magis)-budaya (budaya tato tertua di dunia), hingga ombak lautnya yang terkenal di dunia setelah Hawaii. Gulungan ombaknya terus menarik kunjungan para wisatawan dari berbagai belahan dunia yang yang ingin berselancar di sejumlah titik di kawasan yang terletak di pantai barat Sumatera itu. Tingginya ombak menjadi tantangan tersendiri bagi pecinta olahraga tersebut untuk menaklukkannya. Pemandangan itu terlihat sepanjang tahun antara bulan April hingga Oktober. Mereka ini datang dari berbagai benua, demi berkunjung ke Bumi Sikerei, untuk merasakan permainan ombak Mentawai. Mayoritas wisatawan yang berselancar adalah bule. Mereka datang, antara lain dari Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Portugal, Spanyol, Inggris, Brasil, Meksiko, Swedia, India, dan sejumlah negara lainnya.

Sebagian besar wisatawan yang datang untuk tujuan berselancar. Selebihnya, untuk tujuan wisata budaya, sejarah, alam, serta kegiatan penelitian.

Kegiatan surfing biasanya dilakukan di Pulau Nyang Nyang, Karang Majat, Masilok, Botik, dan Mainuk, Karoniki, Pananggelat, Katiet Basua, serta pantai selatan dan barat Kecamatan Pagai Utara.Puncak kunjungan wisatawan biasanya pada di bulan Juli dan Agustus. Saat itu ketinggian ombak di Mentawai mencapai tujuh meter.

Saking bagusnya untuk kegiatan surfing, ombak Mentawai dinilai berbagai organisasi selancar dunia sebagai terbaik setelah Hawaii. Tidak kurang dari 400 titik selancar yang dapat dijadikan lokasi berselancar, 23 di antaranya memiliki ombak berskala internasional. Bahkan, pelatih selancar dunia asal Spanyol, Steve Secrettand menyebutkan, di Mentawai terdapat 10 ombak kelas dunia yang paling dicari peselancar profesional, di antaranya bernama Riffle, Macaroni, dan Kandui’.

Selancar merupakan ikon pariwisata Mentawai .Beberapa kali telah digelar kompetisi surfing internasional di sini. Olah raga selancar ini biasanya dilakukan pada bulan April sampai bulan Oktober. Sejumlah peselancar dunia dan domestik berpartisipasi dalam iven ini untuk menampilkan permainan terbaiknya. Tentu saja, dengan adanya kontes tersebut nama Mentawai makin populer di telinga pecinta surfing. Melihat potensi ombaknya yang ‘berkelas’, Mentawai memanglah pantas bila disebut bagaikan surga bagi pecinta kegiatan surfing.

Mentawai sebagai tujuan wisata dunia selalu ramai dengan kunjungan wisatawan. Dari catatan Pemda Kabupaten Kepulauan Mentawai, kunjungan wisatawan mancanegara setiap tahunnya rata-rata mencapai 8.000 orang. Berdasarkan catatan Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Diparpora) Mentawai, kunjungan wisatawan (mancanegara dan domestik) pada Januari 2020 tercatat 30.081 orang, Februari meningkat menjadi 42.512 orang. Sedangkan pada tanggal 1 sampai 17 Maret 2020, jumlah kunjungan ke Mentawai sebanyak 257 orang Namun sejak, diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di tengah wabah pandemi COVID-19 pada 22 April 2020, tingkat kunjungan wisatawan menurun drastis.

“Karena wabah COVID-19, sektor pariwisata dunia, nasional, juga Mentawai terimbas karenanya. Ini tantangan bagi kami bagaimana menghidupkan kembali pariwisata Mentawai di era new normal (tatanan kehidupan baru),” ujar Bupati Kabupaten Kepulauan Mentawai, Yudas Sabagalet, yang dihubungi topsatu.com, Jumat (26/6).

Berbagai upaya, katanya, tengah dilakukan Mentawai untuk membangkitkan kembali sektor pariwisatanya dari keterpurukannya akibat wabah COVID-19, antara lain bekerjasama dengan para operator resor di Mentawai maupun di luar negeri mempromosikan daerah ini melalui website mereka, merencanakan sejumlah iven pariwisata, menerapkan protokol kesehatan pada masa pandemi COVID-19, dan tentunya menerapkan Sapta Pesona (aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah-tamah dan kenangan). Sapta Pesona, jelasnya, merupakan kondisi yang harus diwujudkan dalam rangka menarik minat wisatawan berkunjung di kawasan tersebut.