Awak Jenderal, Sikap Ninik Mamak Cocok untuk Minang

PADANG – Dibawa ke kiri ditarik ke kanan, atas ke bawah, suok ka kida, ternyata yang dibutuhkan urang awak untuk jadi gubernur tak lain: lagak langgam, tutur kata, tak dibuat-buat. Natural saja, apa adanya. Minang bangets, kata anak muda kini.

Apa pula itu? Kalau dia harus ba ambo, ada waktunya, ba awak ada saatnya, ba angku apalagi. Samo gadang kato bagarah, biasa saja. Kucikak pamanih kato, tapi dalam angguak sabana angguk, taak ada geleng. Kalau panek tak suka dibilang, jujur saja. Marah ya marah, bakawan ya bakawan, sayang ya sayang. Natural. Yang natural itu adalah Jenderal Fakhrizal.

Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat ini bersama pasangannya Genius Umar telah mendaftar ke KPU Sumbar, Minggu (6/9) siang. Fakhrizal memang putra asli Sumbar. Dia lahir di Bukittinggi 26 April 1963. Meski besar oleh keluarga tentara, namun Fakhrizal memilih menjadi polisi. Dia kini adalah purnawirawan Polri, pangkat terakhir Inspektur Jenderal (Irjen) dengan jabatan terakhir Analis Kebijakan Utama Sabhara Baharkam Polri.

Sebelumnya pernah menjabat Kapolda Sumbar pada desember 2016 hingga desember 2019. Tak hanya itu, Fakhrizal juga pernah menjabat Kapolda Kalimantan Tengah. Kariernya banyak malang melintang di bidang intelijen.

Sementara Genius Umar lahir di Kota Pariaman 24 Juli 1972. Genius merupakan Walikota Pariaman petahana periode 2018-2023. Sebelumnya dia juga menjabat Wakil Walikota Pariaman pada periode 2013-2018. Genius merupakan seorang birokrat yang meniti karir dari bawah mulai dari staf di kecamatan, menjadi sekretaris camat hingga menjadi Walikota Pariaman.

Ia lulusan STPDN (kini IPDN) angkatan 1994. Tak berhenti di situ, Genius juga menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Negara, LAN. Melanjutkan master di Studi Kebijakan Publik Universitas Gajah Mada hingga meraih Doktor di IPB Bogor. Fakhrizal dikenal sebagai pemimpin tanpa sekat dan dinding pembatas. Ia sudah terbiasa membaur dengan semua kalangan masyarakat.

Saat berjumpa dengan siapapun, dia selalu menyambut dengan senyum. Itulah ciri khas yang selalu melekat padanya. Jenderal rendah hati yang santun, Jenderal ‘Niniak Mamak’, begitulah masyarakat menyebutnya. Menurut Fakhrizal ada tiga hal pokok yang harus ada pada diri seorang pemimpin, yaitu hati, empati, dan bijaksana.

Jika pemimpin mengesampingkan empati, maka akan banyak ketimpangan yang akan terjadi. Begitu juga dengan hati, pemimpin itu harus bisa merasakan apa yang terjadi di tengah masyarakat. Jangan hanya memikirkan diri sendiri atau kelompok.

“Jangan hilangkan hati dalam memimpin, berempatilah terhadap warga,” ujarnya kepada sejumlah wartawan. Kemudian, dalam mengambil keputusan, Fakhrizal mengungkapkan, bahwa sikap bijaksana merupakan hal yang harus ada melekat pada diri seorang pemimpin. Selama menjadi pemimpin di institusi kepolisian, seperti sebelumnya menjabat sebagai Kapolda Sumbar, Fakhrizal menerapkan tiga kunci tersebut dalam mengayomi semua anggotanya dan memberikan pelayanan terhadap masyarakat.

Terbukti, selama jadi Kapolda Sumbar, Fakhrizal dekat semua kalangan. Baik itu pemuda, tokoh adat, ulama, akedemisi, petani, nelayan dan sebagainya. Salah satu sikap bijaksana Fakhrizal yang disorot saat jadi Kapolda Sumbar ialah membayarkan ganti rugi Iwan Mulyadi, kemudian keluarga Faisal, Budri, dan Erik Alamsyah.

Berbicara lebih jauh lagi, Fakhrizal juga dikenal sebagai sosok yang memiliki integritas dan bertanggung jawab. Hal itulah menjadi alasan Genius Umar mau mendampinginya untuk berlaga di Pilkada Sumbar mendatang.

“Saya siap menjadi Cawagub pak Fakhrizal karena ia pemimpin yang berkarakter dan punya leadership yang kuat, Sumbar sekarang dan ke depan butuh kepemimpinan seperti pak Fakhrizal,” kata Genius Umar beberapa waktu lalu. (gv)