Opini  

Anugerah Penyair Prolifik

Sastri Bakry. (cakradunia)

Selain rajin menulis puisi setiap hari, ia juga sering mendendangkan lagu-lagu dari puisinya. Hampir 250 lagu puisi yang diciptakannya. Ia bahkan membiarkan orang menyanyikan puisinya sesuai perasaan hati masing-masing. Syaratnya sederhana saja. Ia ingin kalau dinyanyikan atau dikutip puisinya cukup namanya disebut/ ditag.

Mengaku Bukan Penyair

Ada hal unik tentang Saunir. Ia tak pernah menulis dirinya sebagai penyair. Ia selalu mengaku dirinya bukan penyair. Maka ketika diinfokan dia terpilih sebagai penyair Prolifik, jawabannya:

“Surprisingly that I have been nominated for receiving the ‘prestigious appreciation/reward’ of SatuPena as a prolific poet of west Sumatra. I feel this is a ‘contradictive decision’ that the’bukan penyair’ is now nominated and rewarded as a penyair prolific.

Ia merasa kontradiktif atas penghargaan yang diterima dengan identitas yang dilekatkannya pada dirinya sendiri. Saya pikir tentu ada sebab Saunir berbuat seperti itu. Saya teringat puluhan tahun yang lalu seorang penyair muda yang menggebu-gebu membuat puisi dan bangga dengan karyanya kemudian menghilang ditelan bumi. Ketika saya tanya kenapa tak berkarya lagi? Dia sebut dia tak kuat dihinakan oleh penyair senior yang melecehkan karyanya.

Saya juga teringat Pipiet Senja yang telah menghasilkan hampir 300 novel tetapi tidak dianggap sebagai sastrawan (waktu kejadian itu karyanya hampir seratus novel). Saya jadi termenung apakah sedemikian hebatnya sastrawan senior yang punya nama untuk melecehkan atau meniadakan karya seseorang sehingga akhirnya hilang ditelan bumi? Tentu saja bagi mereka yang tak kuat dengan ujian proses batin itu akan menghilang. Yang jelas saya dan Pipiet Senja termasuk yang tahan banting.

Kembali kepada Saunir Saun, saya tak tahu kenapa ia selalu menulis ’bukan penyair’ dalam setiap puisinya. Saya justru merasa terganggu dengan kata-kata itu. Karena saya melihat sebagian puisi-puisinya cukup bagus dan memberi ruang untuk merenung. Saya tak hendak bertanya tentang peristiwa yang dialaminya atau tentang identitas yang dipilihnya. Bisa saja tak ada hubungan dengan kata-kata orang tapi hanya bentuk kerendahan hatinya saja. Akhirnya saya katakan, biarkan orang lain menilai diri kita. Yang penting tugas kita adalah terus berkarya, terus menulis. Soal identitas dan kualitas serahkan pada pembaca.

Saunir Saun telah menghasilkan 11 buku puisi dan novel, tiga di antaranya buku antologi. Masih ada 6 konsep buku kumpulan puisi lagi yang belum dicetak. Ia telah melahirkan hampir 1000 puisi termasuk 40 puisi dalam buku Puisi ‘Minangkabau dalam Batin Penyair’ yang diterbitkan SatuPena Sumbar bekerjasama dengan Pustaka Artaz. Buku ini telah dilaunching pada acara International Minangkabau Literacy Festival (IMLF) yang diikuti 12 negara Februari 2023 lalu. Belum lagi buku-buku ilmiah untuk pembelajaran.

Namun hal yang menjadi faktor pentingnya adalah setiap peristiwa yang hadir dalam kehidupannya telah melahirkan puisi. Puisi yang penuh kearifan dan pesan moral yang tinggi itu ia upload setiap hari di grup SatuPena. Ia tidak peduli dengan komentar suka atau tidak suka anggota grup. Bagi kurator SatuPena keindahan puisinya terletak di pengalaman batinnya yang bercerita soal tema, perasaan, suasana dan harapannya. Bukan keindahan bahasanya atau majas saja. Karena tidak semua puisinya memenuhi unsur imajinasi, bahasa figuratif , rima atau ritma namun kata-kata kongkritnya telah memberi pesan moral kepada kita.

Karena itulah pengurus memberi perhatian untuk memberikan penghargaan Penyair Prolifik. SatuPena telah memilih dan menetapkan Saunir Saun sebagai penyair Prolifik Sumbar. Anugerah yang dia terima pada saat pengukuhan di Hotel Kyriad Bumi Minang Padang selain Piagam Penghargaan adalah hadiah buku, diperlakukan sebagai tamu kehormatan di setiap acara SatuPena dan kontrak penerbitan buku.

Anggap saja anugerah Penyair Prolifik ini adalah merupakan visus pengurus SatuPena Sumbar dalam melihat aktivitas anggotanya. Semoga ini menjadi sumber inspirasi bagi penulis pemula maupun senior untuk tetap menulis dan berkarya. Prolifik dinilai dari karya kepengarangannya dalam tulisan, bukan dinilai dari banyak bicara tanpa ada karya. Apalagi sibuk menjatuhkan dan memandang sinis terhadap sebuah karya.

Selamat menikmati karya prolifik Saunir Saun yang berjudul Goresan Puisi di Hari Tua. Semoga Saunir Saun selalu menjadi orang yang bestari sepanjang hayat. Aamiin