Ragam  

Turun ka Sawah, Merawat Budaya Lokal Nagari Paninggahan

Bupati Solok turun mencangkul sawag di Paninggahan. (ist)

Bukan tanpa argumentasi Yandra menyampaikan rencananya. Paling tidak dirinya mengukur dari sisi ekonomi dan kebudayaan. Begitu banyak hasil kerajinan rakyat yang ikut ditampilkan untuk menyemarakkan kegiatan turun ke sawah itu. Hasil kerajinan berupa cenderamata buatan warga Paninggahan di pajang pada setiap event.

Bupati Gusmal menyambutnya dengan positif. Sebuah gagasan besar telah muncul dari Paninggahan. Bupati bahkan mengapresiasi, karena rasa tinggal di Minangkabau, kembali muncul diantara kebersamaan warga. “Kita mengapresiasi kegiatan yang luar biasa ini. Kita sepakat menjadikan kegiatan Turun ka Sawah yang dimeriahkan dengan Silek dalam Lunau, batanam padi, manangkok baluik, menjadi kalender Kepariwisataan Kabupaten Solok,” sambut Gusmal.

Anggota DPD-RI Nofi Candra mengaku takjub dengan “rasa” yang masih bersemayam di sanubari masyarakat Kabupaten Solok. Realita itu diperlihatkan dalam alek turun ka sawah nagari Paninggahan. “ Luar biasa Kabupaten Solok. Kita masih kaya budaya dan keunikan tradisional yang merupakan potensi kearifan lokal. Potensi kearifan lokal ini yang perlu terus di rawat. Ini even besar yang sekaligus cerminan wajah daerah yang perlu kita banggakan ke tingkat Nasional dan International,” kata Nofi Candra menyampaikan kesannya.

Terlepas dari kekurangan, dari sisi promosi misalnya, kehebatan penyelenggaraan even Turun ka Sawah nagari Paninggahan harus diapresiasi. Untuk sebuah helat besar, Diasparbur Kabupaten Solok mampu memaksimalkan minimnya sumber daya dengan kerja sukarela. Angkat topi kita. (rusmel)