Secangkir Kopi di Pelataran Masjidil Haram

Sekarang khatib naik mimbar, di ujung khutbah, seorang jamaah saya lihat meneteskan air mata. Saya terharu dan larut dibuatnya. Imamnya kalau tak salah tebak, Abdurrahman as-Sudais yang pernah jadi imam Shalat Jumat di Istiqlal. Saya mengenali dari suaranya. Berkah lagi. Inilah untuk pertama kali dalam sejarah hidupnya, istri saya ikut shalat Jumat. Semua perempuan ikut.

Jumat selesai. Kini Ashar dan Magrib. Sehabis Magrib saya keluar masjid cari minum. Waktu Ashar saja cari tempat duduk susah apalagi sekarang. Maka saya masuk saja ke pintu yang menuju ke lantai dasar. Lapang dan lega tapi jamaah terus berjalan. Saya ikuti tak tahunya di depan Ka’bah berdiri gagah. Alhamdulillah, berkah lagi. Sejak 1 Agustus Masjidil Haram sudah penuh sesak, harus datang dua jam sebelum waktu shalat tiba.

Oke depan Ka’bah, tapi mau shalat Isya dimana? Sudah full. Saya berdoa agar diberi satu tempat saja. Tuhan mengabulkan. Saya diberi tempat oleh jamaah asal Afganistan. Lelaki kekar. Ia mengaji, saya juga. Kata istri saya dari hotel — ia diserang batuk arab — langsung saja Tawaf. Maka berkah lagi. Saya pun Tawaf.

Air Zamzam
Sehabis tawaf dan shalat sunat serta berdoa, saya cari air Zamzam. Normal, yang tak dingin. Banyak tersedia dan saya teguk. Aduhai dahaga pun lepas. Air Zamzam dikirim sampai ke Masjid Nabawi di Medinah didistribusikan ke rumah warga Makkah. Prof Masnal menunjukkan kepada saya, “inilah reservoar air Zamzam lalu didistribusikan ke rumah warga,” katanya. Tempat di atas Andai ibu Ismail tidak menampung air itu, tentu sekarang sumur Zamzam sudah jadi mata air yang mengalir Jibril kemudian menceritakan bahwa lokasi itu kelak adalah Baitullah yang akan dibangun Ibrahim AS dan Ismail AS. Peristiwa itu terjadi 1910 SM, 2572 tahun sebelum kelahiran Rasulullah, atau sekitar 4000 tahun yang lalu.

Air masa lampau itulah yang diminum 3 juta jamaah seluruh dunia. Dibawa pula dengan botol air mineral ke hotel. Saya membaca Tafsir Ilmi yaitu tafsir dan analisa ilmiah ayat-ayat Allah tentang alam. Air di bumi takkan pernah kurang. Isi ulangnya adalah hujan. Setiap tahun hujan menjatuhkan 150 juta pupuk ke bumi. Itulah sebabnya rimba raya tak perlu pupuk.

Sebuah penelitian di Universitas Victoria, Kanada menemukan, jumlah total air tanah 23 juta kubik. Penelitian yang dilansir Jurnal Nature Geoscuence pads 2015 itu, seperti dikutip VOA, menyebut, air bisa berkurang jumlahnya. Biarlah. Alquran jika didalami maka ditemukan, jumlah air di dunia takkan berkurang. Tentu saya sangat percaya Alquran

Zamzam adalah sebuah bukti, sebuah rahasia Tuhan. Sumur sejak Nabi Ismail itu sampai kini sudah 4000 tahun tak pernah berkurang airnya. Subhanallah.

Jamaah Asia Selatan
Ke Masjidil Haram, pergi beribadah. Di musim haji ini kapanpun ke sana, pasti bertemu jemaah dari Asia Selatan. Seolah-olah kita sedang berada di India atau Bangladesh.

“Saya menunggu suami saya di sini,” kata seorang perempuan Bangladesh di dekat partisi jemaah parempuan dan pria di jalur pintu 74 Masjidil Haram, Makkah, kepada kami Selasa lalu. Ia tak mau pandangannya terhalang. Sementara saya juga menunggu istri di sana.

Bangladesh mengirim jamaahnya sebanyak 101 ribu, jauh di bawah Indonesia. Sedang India 136 ribu, juga di bawah. Dijumlah maka muncul angka 237 ribu jemaah malampaui Indonesia. Penduduk dua negara ini susah membedakan, seperti Indonesia dan Malaysia. Harus ditanya dulu.