Satu Dekade Jalan Tol Trans Sumatera Jaminan Kelancaran Ekonomi dan Keselamatan Jiwa

Hendri Nova
Wartawan Topsatu.com

Banyak harapan yang digaungkan dengan rampungnya Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS), baik oleh pemilik kendaraan pribadi maupun kendaraan angkutan umum. Selain masalah waktu yang pastinya bisa dipersingkat, sehingga menguntungkan secara ekonomi dan tenaga, juga masalah jaminan keselamatan di jalan raya.

Tak bisa dipungkiri, jika jalan umum yang dipakai selama ini, menyimpan banyak bahaya dari banyak pihak. Tak hanya pejalan kaki, pemilik kendaraan roda dua, juga dari banyak persimpangan dan bertemunya antara jalan mobil dan kereta api.

Tentunya tak kalah mengerikan banyaknya jurang dan tikungan tajam di jalur umum yang telah banyak menelan korban jiwa. Meski di jalan tol juga tak menjamin tidak terjadi kecelakaan, setidaknya bisa meminimalisir volume kecelakaan, karena didukung oleh jalur yang tidak mengerikan seperti di jalur umum.

Berdasarkan catatan dari pihak berwenang, setiap tahunnya jumlah kecelakaan di jalan raya Sumatera cenderung meningkat. Selama 2023 saja ada ribuan kecelakaan lalu lintas di jalan umum Sumatera..

Antaranya Banda Aceh sebanyak 687 kasus, dengan korban meninggal dunia 41 orang (Kompas.tv). Sumatera Utara, mencapai 6.179 kasus dan korban meninggal dunia mencapai 1.405 orang tewas.(mistar.id).

Selanjutnya 897 kasus kecelakaan lalu lintas di wilayah hukum Kepolisian Daerah (Polda) Riau, dengan korban meninggal 651 orang, luka berat 357 orang, dan luka ringan 1.74 orang. (cakaplah.com)

Sumatera Barat (Sumbar) pada 2023 menunjukkan peningkatan signifikan, meningkat dari 3.500 peristiwa pada tahun 2022, menjadi 3.700 pada tahun 2023. (rri.go.id), dan masih banyk lagi dari provinsi di Sumatera lainnya.

Denggan keberadaan JTTS diharapkan hal ini tidak akan terjadi lagi, atau setidaknya bisa menekan jumlah korban jiwa. Keunggulan jalan tol ada pada jalur pengaman di kiri dan kanannnya yang sudah memenuhi standar keamanan di jalan raya.

Selain itu, respon cepat pengelola jalan tol jika sekiranya terjadi kecelakaan, membuat rasa aman selama berkendara di jalan tol jadi terjamin.

“Saya selalu was-was dan merasa horor, saat mendapat tugas mengangkut barang ke Padang, terlebih melewati jalur Solok ke Padang atau sebaliknya. Tak hanya jurang yang sangat dalam, keberadaan tikungan tajam Sitinjau Lauik, benar-benar menjadi teror hebat dalam diri kami para sopir,” aku Deni, salah seorang sopir truk.

Ketakutan Deni sangat beralasan, karena di jalur ekstrim tersebut sering terjadi rem blong yang berakibat kecelakaan fatal. Tidak hanya kecelakaan tunggal, namun juga acap kali terjadi kecelakaan beruntun melibatkan truk dan juga kendaraan pribadi.