PontrenMu Kauman Padang Panjang Tambah 6 orang Hafizh 30 Juz

PADANG PANJANG – Markaz Tahfidz Qur’an Haroun el Ma’any, sebuah lembaga tahfidz Qur’an di Pondok Pesantren Muhammadiyah (PontrenMu) Kauman Padangpanjang menggelar Tasmi’ setoran Qur’an terakhir hingga 30 Juz, Sabtu (30/10) di aula Buya HAMKA.

Derliana selaku Mudir PontrenMu mengatakan bahwa Markaz Tahfidz Haroun el Ma’any merupakan sebuah lembaga yang ada di PontrenMu yang dari dulu telah menjadi identitas dalam program tahfidz di Pondok Pesantren.

“Haroen el Ma’any merupakan nama ulama Kauman yang pernah menjabat sebagai kepala MA KMM Kauman. Tahfidz di Pondok pesantren ini dilaksanakan sebagai icon yang tidak terpisahkan dari kehidupan santri. Alhamdulillah hasilnya seperti yang dapat kita saksikan hari ini,” katanya.

Derliana mengatakan, siapapun yang dekat dengan Al Qur’an pasti Allah akan memberikan keberkahan dalam hidupnya. “Inilah yang akan menjadi modal bagi kita semua. Niatkan setiap ayat yang dibaca hari ini merupakan amalan yang nantinya menjadi penolong kita di akhirat kelak,” pesannya.

“Harapan dan keinginan orangtua antum di sini adalah bagaimana antum menjadi seorang hafidz dan hafidzah, pondok pesantren memfasilitasi untuk itu,” lanjutnya.

Penanggung jawab Markaz Tahfidz Haroen el Ma’any, Harif Pratama dan Deri Sri Wahyuni menjelaskan bahwa tasmi’ hari ini bertajuk setoran hafalan terakhir Tahfidzul Qur’an dari Markaz Tahfidz Qur’an Haroun el Ma’any.

“Ini adalah daurah angkatan pertama yang dilaksanakan secara mandiri oleh Markaz Tahfidz Qur’an Haroun el Ma’any. Ada 11 anak yang kita tasmi’kan hari ini. Enam orang diantaranya sudah hafal 30 Juz, kemudian lima orang lagi sudah hafal 20-24 Juz,” ungkapnya.

Salah satu santri yang ikut dalam kegiatan tasmi’ Al Qur’an, Nabil Makarim menyampaikan kegembiraannya dengan hasil yang didapat selama mengikuti program tahfidz.

“Saya merasa bahagia sekali, cita-cita saya akhirnya tercapai di sini. Sejak tamat dari SLTP cita-cita saya adalah ingin menjadi seorang Hafidz. Orangtua menyarankan saya melanjutkan pendidikan ke sini. Awalnya saya ragu apakah mampu, tetapi sejak saya mengikuti program tahfidz keraguan saya menjadi hilang. Yang ada adalah rasa optimis untuk mampu menghafal Al Qur’an. Hasilnya saya mampu membaca Al Qur’an dengan baik tanpa melihat mushaf,” katanya.

Menurutnya, yang paling berat dari seorang hafidz adalah mempertahankan hafalannya. “Hal paling susah adalah mempertahankan hafalan kita, tapi disini, pondok pesantren selalu memberikan ruang untuk kita sehingga hafalan kami dapat dipertahankan. Semoga adik-adik yang saat ini berjuang termotivasi dengan perjuangan kami,” ungkapnya bahagia. (Jas)