Padang  

Padat Karya Tunai ‘Kotaku’ Geliatkan Ekonomi Saat Pandemi

Semangat dan kebersamaan pekerja dalam kegiatan fisik perbaikan dan pemeliharaan jalan berupa padat karya tunai Program Kotaku di Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, beberapa waktu lalu. (ist)

PADANG – Badai pandemi Covid-19, tak kunjung usai. Berbagai sektor kehidupan telah tergerus, terlebih yang diderita sektor informal yang dibayang-bayangi kehilangan pekerjaan. Untuk itu, melalui kegiatan Cash For Work (CFW) Program ‘Kotaku’, kini berupaya ikut memulihkan ekonomi warga.

“Ya, saat ini, banyak tenaga kerja yang terdampak Covid-19. Sementara mereka harus tetap bertahan dan menjalani hidup. Dan, berlatar dari ini pulalah melalui Program Kota Tanpa Kumuh, Kementerian PUPR, hadir kegiatan CFW yang diharapkan ikut membantu agar sektor ekonomi ikut bergerak kembali,” ujar Fasilitator Sosial Tim 5.03, Korkot 5 Padang, Program Kotaku, Reno Tri Handayani, dalam relisnya yang diterima, topsatu, Senin (25/07/2001).

Menurut Reno, untuk Kota Padang, pada tahun ini ada 4 kecamatan yang mendapat kegiatan semacam padat karya tunai ini, yakni Kecamatan Koto Tangah (Kelurahan Padang Sarai, Batipuh Panjang, Balai Gadang, Air Pacah dan Lubuk Minturun), Kecamatan Padang Barat (Kelurahan Olo), Kecamatan Kuranji (Kelurahan Sungai Sapih dan Pasar Ambacang) serta Kecamatan Pauh (Kelurahan Binuang Kampuang Dalam). Total ada 9 kelurahan.

Katanya, rangkaian kegiatan CFW ini dimulai sejak Februari 2021 dengan langkah awal mengidentifikasi asset infrastruktur berbasis masyarakat yang didampingi LKM dan pihak kelurahan bersama fasilitator.

Reno Tri Handayani menyebutkan salah satu kelurahan penerima seperti Kelurahan Balai Gadang, yang mendapat antusias positif dari warga sekitar. Seperti diketahui, kelurahan yang terdapat di Koto Tangah ini luas wilayahnya mencapai 403,15 Ha dengan memiliki luas permukiman sekitar 249,24 Ha yang memiliki wilayah admistrasi 14 RW dan 57 RT dengan jumlah penduduknya 17.805 Jiwa.

“Selama rangkaian kegiatan CFW di kelurahan ini, terlihat antusias dari warga masyarakat, LKM dan pihak kelurahan. Mulai dari pendaftaran calon tukang, pekerja, kepala tukang dan mandor yang melaksanakan kegiatan di tingkat lapangan bersama KSM (panitia) yang telah terbentuk,” sebut Reno.

Katanya, KSM Tapi Aia adalah KSM yang melaksanakan kegiatan ini dengan beranggotakan sebanyak 9 orang dan 3 orang yang mewakili dalam penandatangan rekening KSM dengan mitra Bank Nagari Cabang Siteba. Pada 21 April 2021 lalu terjadi penandatanganan SPK antara PPK dengan LKM Balai Gadang Mandiri sebagai pertanda dimulainya rangkaian kegiatan CFW di tingkat lapangan.

Di kelurahan ini melaksanakan kegiatan BPM CFW dengan besaran dana Rp300 juta (dana kegiatan fisik dan BOP LKM serta rangkaian kegiatan Peningkatan Kapasitas Masyarakat yang dilaksanakan di 7 titik lokasi selama 2 bulan pengerjaan. Kegiatannya seperti perawatan jalan/rabat beton.

“Ya, terlihat dari pekerja, tukang, KSM hingga LKM dan aparat kelurahan yang sangat bersemangat dan mendukung kegiatan ini. Yang pada akhirnya bisa menikmati jalan yang selama ini sudah mulai rusak dan tak terawat, kini menjadi lebih baik,” sebut Reno.

Sementara, Deddy Sumandi (39), warga kelurahan setempat di RT.003/ RW004, mengemukakan harapan terhadap program ini agar terus diperluas. “Saya dalam keadaan terdesak selama pandemi ini. Saya pribadi yang biasanya bekerja sebagai buruh (tukang), beberapa bulan terakhir ini sangat merasakan hal buruk karena tidak ada proyek ataupun kegiatan yang bisa saya lakukan untuk menghidupi keluarga saya. Dan, untung ada program ini. Besar sekali harapan dan rasa syukur saya selama 2 bulan ini, semoga di tahun depan (malah kalau bisa beberapa bulan lagi) masih ada CFW di kelurahan ini sehingga kami masih bisa menyambung kehidupan dari upah pekerja yang kami terima,” sebutnya.

Tak jau beda, Irman, pun berucap syukur atas kepedulian dari KSM, LKM dan aparat kelurahan yang sangat peduli dengan mereka. Terlebih dalam pekerjaan, tak seperti menyuruh buruh, tapi justru menjunjung tinggi nilai kekeluargaan, gotongroyong dan keswadayaan.

Dia menceritakan, bahwa dari 33 orang tukang, pekerja yang ada di sini adalah 90% kepala keluarga yang membiayai urusan rumah tangga mereka dari upah kegiatan ini dan hanya 10% yang berstatus sebagai bujangan yang baru tamat sekolah.