Nevi Zuairina Minta Langkah Taktis Stop Impor Beras

Indramayu-Anggota Komisi VI DPR Nevi Zuairina meminta importasi pangan terutama beras mesti dikurangi hingga dihentikan.

Soalnya pemerintah di sisi lain terus berkomitmen membangun infrastruktur pabrik penggilingan dan pengolahan beras modern.

“Infrastruktur pabrik penggilingan dan pengolahan beras modern mesti dapat dibangun di tengah-tengah sentra produksi beras, sehingga sistem logistik perberasan kita menjadi stabil baik dari sisi distribusi antar kota hingga pada masyarakat konsumen akhir,” kata Nevi saat berkunjung ke Indramayu bersama rombongan Komisi VI DPR dalam rangka meninjau pembangunan infrastruktur pabrik penggilingan dan pengolahan beras modern.

Menurut Nevi, upaya memperbaiki rantai pasok pangan memang terus
dilakukan. Tapi wacana importasi pangan negara ini juga masih perlu
menjadi sorotan terutama importasi beras. Pemerintah banyak melakukan
feeding informasi yang bertolak belakang, semisal ketika disampaikan
data kecukupan pangan seperti neraca beras yang surplus, namun pada
kenyataannya, namun rencana impor tetap dilakukan.

Legislator asal Sumatera Barat II ini menguraikan, ada pabrik penggilingan beras yang dibangun di antaranya yakni di Sumatera Selatan dengan kapasitas 100 ton/tahun, Indramayu dengan kapasitas 150 ton/tahun, Subang kapasitas 100 ton/tahun, dan Malang dengan kapasitas 100 ton/tahun. Sehingga total kapasitas terpasang produksi pabrik penggilingan padi yang dimiliki mencapai 450 ton/tahun.

Politisi PKS ini menegaskan, dengan adanya pabrik-pabrik beras ini, petani mesti meningkat kesejahteraannya, dan konsumen terpenuhi kebutuhan pangan pokoknya. Upaya menyerap padi milik petani, menurutnya harus menjadi prioritas utama, sehingga penyerapan beras domestik dapat menjadi pemasok cadangan beras pemerintah minimal satu juta ton.

“Kami berharap dengan adanya penyerapan padi yang dilakukan oleh RNI dari petani dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Bulog memiliki
cadangan beras yang cukup, bukan ketersediaan yang bersumber dari impor, melainkan dari para pejuang pangan negara kita, para petani,” tutup
Nevi. (***)