Lewat Laut Dulu, Jembatan Belum Siap

 

Jembatan ini, satu kakinya di Pulau Balang. Pulau ini milik negara karena itu Menteri ATR/BPN Sjofan Djalil kepada pers di lokasi menyebutkan, pulau Balang harus tetap seperti apa adanya, tidak boleh ada pembangunan apapun, kecuali sebuah museum di kaki jembatan. Museum itu sudah 75 persen selesai. Nanti di sana akan ada kisah proyek yang dikerjakan secara kerja sama operasional (KSO) oleh Hutama Karya dan Adhi Bangun Cipta. Seberapa banyak besi dipakai, berapa panjangnya, berapa ton semen, berapa pekerja dan sebagainya, sehingga bisa dibaca generasi mendatang.

Jembatan ini, adalah titian ekonomi masa depan Kalimantan Timur. Sekaligus akses utama menuju ibukota baru. Ketika saya dan rombongan sampai d sana, terlihat beberapa pekerja berada di puncak tertinggi tiang kembar dua yang bagai kerucut itu. Mereka turun dan naik memakai lift konstruksi. Di bawah, laut biru membatang tenang. Laut itu tiap sebentar terguncang oleh boat dan kapal yang lewat. Dari atas jembatan yang sedang dikerjakan itu saya memandang ke kiri dan ke kanan, teluk memang memanjakan laut, apalagi ada bukit-bukit kecil amat elok untuk obyek wisata, apalagi untuk pemukiman masa depan.

Di kaki jembatan itu, menjulur panjang masuk hutan, seruas jalan telah selesai pengerasan, jalan itulah yang nanti akan jadi urat nadi perekonomian. Masih ada jalan tol dari Bandara ke Balikpapan. Sedangkan bandara di Sepinggan, menurut Menteri PPN/Bappenas Bambang Brodjonegoro, akan dijadikan bandara ibukota, sehingga di ibukota sesungguhnya tak perlu ada lagi. Bandara bertaraf internasional itu akan digandeng bandara di Samarinda yang khusus untuk domestik, persis dua bandara di Tokyo, Jepang.

Dalam angan futuristik saya, jembatan, jalan, bandara telah selesai. Karena itu, betapa hebatnya Kalimantan masa depan, tapi itu masih lama.

Kami meninggalkan jembatan yang belum selesai itu, di bawah terlihat tumpukan material yang hendak dipakai, beberapa perahu dan boat serta gudang. Pekerja berpakaian seragam dengan beberapa mobil proyek juga terlihat mencolok.

Kawan-kawan dalam rombongan asyik berfoto, mematut-patut maket jembatan, memberi komentar dan bertanya serta mencatat. Saya juga. Gubernur Kaltim Isran Noor yang suka melucu itu, bertekad pembangunan ibukota harus selesai dalam periode Presiden Jokowi, dengan demikian jembatan itu akan terbawa serta. Ia khawatir, kalau lewat periode bisa jadi akan batal pula, sebab sudah terlalu banyak yang batal dibangun di provinsinya.

“Kali ini jangan gagal lagi, sebab kami di Kaltim tak satupun yang menolak. Walau ibukota di manapun di Kalimantan, kami juga takkan menolak, semua setuju,” katanya dalam sambutan saat acara malam sebelumnya.

Ia menyebut, provinsinya adalah miniatur Indonesia, karena di sini hampir semua suku bangsa ada. Yang ia takutkan spekulan tanah, untunglah terase dan titik nol ibukota belum disebutkan secara pasti. Ini gunanya untuk menghambat langkah spekulan itu.

Kami pergi meninggalkan jembatan gagah yang belum siap itu. sebelum pergi, saya bertanya:

“Ini proyek pakai semen apa, Pak?

“Semen Tonasa,” kata manager proyek. Bisa jadi itulah sebabnya tadi saya melihat kapal milik PT Semen Tonasa buang jangkar di Semayang. Nah! (bersambung)