Kenang Hidup Miskin, Epyardi Asda Minta Mahasiswa Balas Jasa Orang Tua

Epyardi Asda

PADANG – Bupati Kabupaten Solok, Epyardi Asda, memberikan orasi ilmiah pada acara wisuda ke-74 di Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (UMSB) di Kota Padang.

Dalam orasinya, bakal calon gubernur dari Partai Amanat Nasional (PAN) itu meminta para mahasiswa untuk tidak melupakan jasa orang tua selepas menamatkan pendidikan.

“Orang tua kita telah banyak berkorban: berkorban pikiran, tenaga, dan uang. Karena itu, carilah pekerjaan dan bahagiakan mereka. Balas jasa-jasa mereka,” ujar Epyardi di hadapan 263 mahasiswa yang mengikuti prosesi wisuda, Sabtu (27/4/2023).

Epyardi mengatakan bahwa semua keberhasilan yang ia raih saat ini tidak terlepas dari doa dan peran kedua orang tuanya. Menurutnya, jika kita membahagiakan orang tua, Tuhan pasti akan memudahkan langkah dalam berusaha.

“Saya berasal dari keluarga yang sangat miskin. Saking miskinnya, empat orang saudara saya meninggal karena busung lapar,” katanya menceritakan kisah hidupnya.

Sejak kecil Epyarda sudah terbiasa untuk hidup mandiri guna membantu kedua orang tua. Setiap hari ia berjualan, menjajakan makanan dengan berjalan kaki.

“Saya tidak pernah minder dengan teman-teman. Tidak pernah merasa rendah diri dengan apa yang saya lakukan karena saat itu fokus saya adalah membantu orang tua agar saya bisa tetap bersekolah,” tuturnya.

Bagi Epyardi, pendidikan sangat penting. Dengan pendidikan ia bisa mengangkat derajat dan martabat keluarganya.

“Itu pula sebabnya saya menolak tawaran jadi pegawai negeri setelah lulus SMA. Kala itu ada orang kampung saya di Jakarta yang menjamin bisa masuk ke Departemen Pertanian. Saya tolak karena ingin kuliah,” tuturnya.

Menurut Epyardi, jika menerima pekerjaan tersebut, ia akan kesulitan untuk membalas jasa dan membahagiakan ibunya.

“Di sana gajinya kecil. Golongan IIA hanya mendapat Rp25 ribu. Beberapa tahun bekerja, kemungkinan saya akan menikah. Lalu, kapan lagi saya bisa membantu keluarga,” ujarnya.

Singkat cerita, Epyardi kemudian bersekolah di Pendidikan Pelayaran Besar (P3B) di Semarang. Guna membiayai kehidupannya di perantauan, ia bekerja sebagai kuli di pasar-pasar.