Galodo, Salah Besar Buat Bangunan Tepi Sungai

Ketua Forum DAS, Isril Berd

PADANG – Ketua Forum Daerah Aliran Sungai (DAS) Provinsi Sumatera Barat, Prof Isril Berd sudah berulang kali ‘nyir-nyir’ mengingatkan untuk tidak mendirikan bangunan-bangunan di sekitar aliran sungai. Kini terbukti, alam ‘menghempaskan’ bangunan-bangunan di sepanjang sungai di Lembah Anai dengan cara mendatangkan galodo di kawasan tersebut.

“Alhamdullilah peristiwa itu terjadi di malam hari. Bagaimana apabila terjadi pagi atau siang hari pasti banyak korban berjatuhan. Sebab, kawasan bangunan-bangunan seperti tempat pemandian anak-anak dan cafe pasti ramai masyarakat menikmati keindahan alam sesaat itu,” tegas Isril Berd seraya menyebutkan kalau siapapun pasti tak tahu bencana hondohan air cukup besar sehingga memporak porandakan bangunan yang disinyalir investasinya ratusan juta itu.

Padahal Isril Berd sudah berulang kali mengingatkan kalau sesuai ada ketentuan peraturan apabila sungai kecil, tidak boleh mendirikan bangunan 50 meter dari kanan dan kiri. Jika sungainya termasuk besar seperti Batang Hari dan Batang kampar tidak boleh mendirikan dibangun sekitar 100 meter kiri dan kanan. Nyatanya, tetap saja mereka mendirikan bangunan di sepanjang aliran sungai di jalan Lembah Anai.

Padahal, jelas Isril Berd kalau bangunan-bangunan seperti tempat pemandian anak-anak dan Xakapa Cafe serta bangunan liar lainnya adalah daerah bantaran sungai. Artinya daerah tersebut pernah dilalui sungai ketika debitnya banjir. Alhasil dihondohlah sama banjir.

Terkait bangunan-bangunan tersebut, Isril Berd menyayangkan sikap para pengusaha yang terlebih dahulu mendirikan bangunan, baru minta izin. Alhasil tertundalah izinnya, karena lokasi tersebut dilarang mendirikan bangunan. Dengan alasan sangat beresiko terjadinya bencana.

“Saya sangat menyayangkan, sudah ada teguran, malahan yang punya usaha cuek saja, jalan terus, dengan alasan perlu uang. Alhasil, tidak bisa ditegur, akhirnya alam yang menegur dengan cara memporak porandakan bangunan yang telah didirikan itu,” jelas Isril Berd seraya menjelaskan penilaiannya kalau banjir bandang ataupun galodo yang menimpa beberapa kawasan di Sumbar, terjadi karena hujan banyak terjadi di hulu DAS Batang Anai Tanah Datar dan Agam.

“Hujan lebat, 130 milimeter di daerah Tanah Datar. Kemudian di Agam sekitar dibawah 100 milimeter, tapi merata di semua daerah hulu, daerah aliran sungai. Hujan pun sampai ke Lembah Anai dan Padang Pariaman. Saat itu, debit air sungai volumenya sangat besar sekali, meluncur dari Danau Koto Baru Agam terus ke Air Dingin, kemudian Padang Panjang dan masuk ke daerah Lembah Anai,” ucapnya.

Lebih lanjut, ia memberikan solusi agar pemerintah merelokasi warga yang tinggal di tempat-tempat rawan bencana. Misalnya, di permukiman lereng bencana. Kemudian menjaga secara ketat jalan-jalan yang rawan longsor banjir, seperti Sitinjau Lauik, Lembah Anai dan Lubuk Bangko.

“Pemerintah wajib menyelamatkan daerah dengan cara memanfaatkan PAD. Dan perhatikan lingkungan agar terjaga dengan baik. Terkait bencana yang sudah terjadi saat ini, saya hanya meminta pemerintah secara observasi penyelamatan dan pemulihan lingkungan serta mitigasi bencana di daerah-daerah segera,” tegasnya. (009)