Keluarga Mimbar Minang Reuni di Anailand Resort

Keluarga Mimbar Minang foto bersama saat reuni di Anailand Resort, 27-28 September lalu. (ist)

PADANG PANJANG – Meski Harian Mimbar Minang telah 14 tahun tidak terbit, namun kehangatan silaturahmi para eks karyawannya, baik bagian redaksi maupun usaha, masih terus terjaga hingga kini. Silaturahmi terus dibangun melalui berbagai cara dan media, terutama media sosial.

Pada Jumat dan Sabtu (27-28/9) lalu, Keluarga Mimbar Minang–sebutan bagi eks karyawan Mimbar Minang–itu menggelar acara reuni di Anailand Resort, Malibou Anai, Padang Pariaman. Itulah reuni pertama yang dihadiri cukup banyak anggotanya.

Diantara yang hadir adalah Hasril Chaniago, Zul Efendi, Eko Yance Edrie, Zukri Saad, Akmal Darwis, Ismet Fanany, Atviarni, Afrizal, Yaya Rahmawaty, Mirza, Ezi Rangkuti, Tito Leksy, Jasriman, Yanti, Kabati dan Yose Rizal. Sebagian mereka turut membawa serta anggota keluarga mereka. “Alhamdulillah, pertemuan yang sudah lama kita impi-impikan ini akhirnya terwujud juga. Terima kasih kepada Yaya Rahmawaty yang telah memfasilitasi tempat serta Kabati dan Yanti yang telah menjadi panitia dadakan,” kata Hasril Chaniago, eks Pimpinan Redaksi Mimbar Minang.

HC–panggilan akrab Hasril Chaniago–mengakui silaturahmi Keluarga Mimbar Minang memang masih terjaga dengan baik hingga kini, meski eks karyawannya telah bekerja di berbagai tempat lainnya. Sebelum ini pertemuan langsung sudah ada, namun jumlahnya sangat terbatas. “Ketika saya bertemu dengan sejumlah kawan-kawan saat meninggalnya Pak Muslih Sayan (juga eks Mimbar Minang-red) sembilan hari lalu, kita sepakat menggelar reuni di Anailand Resort ini. Alhamdulillah, niat itu akhirnya terwujud dan kerinduan kita terobati,” ujarnya.

Dalam pertemuan dua hari itu, masing-masing menceritakan kenangan saat bekerja di Mimbar Minang. Bayangan saat berkantor di Jalan Pattimura (kantor pertama Mimbar Minang) dan Batang Anai pun sontak muncul di benak masing-masing.

“Meski secara fisik Mimbar Minang tidak lagi terbit, namun semangatnya dan rasa kekeluargaannya masih terasa hingga hari ini. Semoga silaturahmi ini akan terus langgeng hingga akhir hayat kita,” ucap Eko Yance.

Sekilas Mimbar Minang

Mimbar Minang, salah satu surat kabar harian di Sumatra Barat yang terbit di awal era reformasi. Surat kabar berbadan hukum koperasi itu didirikan belasan mantan wartawan Singgalang, yang didukung penuh banyak tokoh Sumbar dan nasional.

Sebagai koran baru, keberadaan Mimbar Minang saat itu sangat diperhitungkan. Masyarakat yang membutuhkan informasi belum akan merasa puas sebelum membaca berita yang disajikan Mimbar Minang.

Namun untuk bisa bertahan, apalagi menjadi sebuah surat kabar besar, ternyata tidaklah cukup mengandalkan kehebatan isi. Kekuatan modal dan cara memasarkannya juga harus dimiliki.

Sisi kedua itulah titik lemah Mimbar Minang. Mereka tidak didukung modal yang kuat dan kemampuan memasarkan koran yang brilian. Setelah terseok-seok, tahun 2005 koran itupun berhenti terbit. “Kalau soal bikin koran, tidaklah susah, kita jagonya. Yang susah itu menjualnya,” kata Zukri Saad, pendiri sekaligus pengurus koperasi yang menaungi Mimbar Minang. (jas)