Keindahan Bromo dan Uang Kertas Rp5.000

Oleh Eriandi

Jam menunjukkan pukul 00.00 WIB waktu Malang. Setelah menunggu cukup lama, waktu yang dinanti pun tiba.

Tiba-tiba pintu kamar hotel tempat menginap ada yang mengetuk. Saya pun bergegas membukakan pintu.

“Lah, lah..sudah jam 12 malam. Saatnya berangkat ke Bromo,” ajak Mario, rekan wartawan sama-sama berangkat dari Padang mengikuti ajang Pekan Olahraga Wartawan Nasional (Porwanas) 2022 di Malang, Jawa Timur.

“Siap, ayo!,” sambil membawa tas keluar dari kamar hotel menemui teman-teman yang lain.

Trip ke GUnung Bromo memang sudah niatan sejak dari Padang. Tak ke Malang rasanya jika tidak pergi ke Gunung Bromo.

Gunung ini menjadi magnet bagi siapapun yang mendengar. Begitu tersebut nama Bromo langsung muncul hasrat untuk pergi ke sana.

Kami berenam, Mario (antara), rivo (minangsatu) Boing (minangsatu), Rezka (klikpositif), Rifal (kopi mos) dan saya eriandi (singgalang) menjajal naik Bromo. Dari hotel sudah terbayang dinginnya gunung tersebut. Pasti dingin…

Ke sana, kami menaiki minibus yang disediakan pihai guide. Masing-masing mengeluarkan anggaran tak kurang dari Rp400 ribu.

Dari hotel yang ada di Jalan Tlogomas Malang hingga mencapai Gubug Klakah sekitar 1,5 jam.

Gubug Klakah merupakan desa yang menjadi salah satu titik keberangkatan ke Bromo. Di desa inilah kami disambut dengan jip hardtop.

Di sepanjang desa ini terparkir ratusan jip yang siap mengantarkan wisatawan ke Bromo.