Opini  

Kecurangan dan Topan Nabi Nuh

By : Yondrival

Bila membaca sebuah tulisan atau mendengar orasi atau pidato, lazimnya kata yang paling banyak kita temukan atau kita dengar adalah kata sambung, kata ganti dan kata bantu.

Namun dalam bulan dan minggu-minggu terakhir ini kata sambung, kata ganti dan kata bantu itu kalah jauh dari satu kata sarat bahaya yakni kata “kecurangan”.

Kecurangan merupakan tindakan yang dapat merugikan orang lain dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi, kelompok atau pihak lain dengan cara tertentu.

Kalau kita buka KBBI, kecurangan berasal dari kata curang yang berarti tidak jujur, tidak lurus hati, tidak adil.

Jadi orang yang melakukan kecurangan adalah orang-orang yang tidak jujur, tidak lurus hati, tidak adil. Dengan demikian pelaku kecurangan itu bukanlah orang baik-baik.

Ada yang mengatakan cara tertentu yang digunakan dalam kecurangan adalah tipu muslihat.

Tipu muslihat adalah perbuatan yang dilakukan dengan sedemikian rupa, sehingga perbuatan tersebut seolah-olah benar. Artinya, pelaku kecurangan adalah orang-orang pintar, namun memiliki akhlak yang buruk.

Mereka pintar untuk mencerna berbagai cara tidak terpuji untuk meraih keuntungan pribadi atau golongannya tanpa peduli dengan kerugian pihak lain.

Di kampung penulis, orang-orang seperti itu disebut sebagai “orang tak berbudi”, tidak punya raso (qalbu) jo pareso (akal), serta tidak punya malu dan sopan. Dalam terminologi Islam, orang tak berbudi itu disebut “tidak berakhlak”.

Sedangkan di dunia Barat disebut “tidak bermoral” atau “tidak beretika”. Bila moral itu adalah pemahaman dan etika adalah perilakunya, maka kecurangan adalah perilaku yang tidak bermoral.

Kecurangan hanya mampu dilakukan oleh orang-orang yang tidak paham atau telah membuang jauh-jauh pemahaman mereka tentang mana yang baik dan mana yang tidak baik (buruk, jahat), mana yang wajar dan mana tidak wajar, mana yang pantas dan mana yang tidak pantas, mana yang adil dan mana yang tidak adil.

Diskusi sekitar Pemilu wabil khusus Pilpres yang tayang di televisi maupun medsos hampir selalu mendengungkan kecurangan.