Ekosistem Ultra Mikro Terbentuk, Pemulihan Ekonomi Nasional Terwujud

Nasi goreng Singgalang, salah satu usaha ultra mikro yang masih sanggup bertahan. (Hendri Nova)

Hampir semua pedagang yang berlalu-lalang di gang-gang komplek, beralasan untuk dapat penyambung hidup. Mereka rela berlelah-lelah mengayuh sepeda ataupun bertaruh dengan Bahan Bakar Minyak (BBM) kendaraannya, demi dapat pembeli.

Ini jelas beda sekali dengan hanya menunggu di depan sekolah. Anak-anak sudah berkumpul di sekolah, sehingga tak perlu lelah-lelah menawarkan makanan pada mereka dari rumah ke rumah.

Meski biaya transportasi pelaku usaha ultra mikro ini bertambah, mereka tetap semangat menjalani, karena kalau tidak begitu, mereka bisa mati perlahan di rumah. Jadi apapun risikonya, mereka akan ambil, demi keluarga yang membutuhkan makanan di rumah.

Kekurangan Modal

Beberapa pedagang mengaku sudah kekurangan modal, karena terpakai untuk kebutuhan sehari-hari. Tabungan juga mulai menipis, sehingga tak jarang mereka berutang pada sanak saudara yang masih memiliki persediaan.

“Mau pinjam online (pinjol) seperti yang sering masuk ke dalam SMS Hand Phone (HP) tiap hari itu, saya takut, karena teman saya sudah ada yang jadi korban. Bunganya benar-benar mencekik, sehingga sekarang ia terus kena teror bersama keluarganya yang lain,” kata Nedi, salah seorang pedagang ultra mikro.

Pemilik pinjol hanya manis di awal, tanpa menerangkan detil skema bunga. Setelah terjerat dan tidak sanggup bayar, sifat asli mereka pun terbongkar. Namun apa daya, sesal kemudian tentu tidak berguna.

“Saya untung punya teman yang mau meminjamkan modal tanpa bunga. Berkat pinjamannya itulah saya saat ini bisa bertahan. Doakan saya agar bisa bayar hutang tepat waktu,” kata Ihsan, pedagang ultra mikro lainnya.

Menurutnya, banyak temannya sesama pemilik usaha ultra mikro, menunggu suntikan modal tanpa bunga dari pemerintah. Jika pun berbunga, hendaknya dalam hitungan yang wajar dan tidak mencekik. Mereka ingin bertahan, agar senantiasa tetap kuat menghadapi krisis.

Untung Ada Pegadaian

Tidak bisa dipungkuri, keberadaan usaha ultra mikro, telah menjadi tonggak perekonomian Indonesia. Jumlah usaha ultra mikro yang berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), mencapai 64 juta orang (data per 2018), merupakan penyangga perekonomian Indonesia agar tetap berdiri kokoh.