DPP Partai di Jakarta Padat Marayap

Jakarta padat merayap. Ist

JAKARTA-Semua kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) partai di Jakarta hari-hari ini, “padat merayap.” Sementara isi pesawat dari berbagai kota ke Jakarta, kebanyakan kandidat calon kepala daerah dan tim.

Ada 270 daerah akan pilkada pada Desember 2020, sebanyak 9 di antaranya gubernur, sisanya bupati/walikota. Siapapun dia, memerlukan surat keputusan dari DPP partai. Isinya, yang bersangkutan diusung partai tersebut. Di kantor-kantor DPP itu, kata salah seorang timses seorang kandidat dari Sumbar, Selasa (28/7), memberlakukan protkol kesehatan, sehingga tak semua bisa masuk.

“Saya kira benar itu, persis 5 tahun lalu. Apa Anda lupa, lima tahun lalu itu, semua kandidat dari seluruh Indonesia, terbang ke Jakarta, minta surat hitam di atas putih. Apa bedanya dengan sekarang dan lagi jumlah yang ikut pilkda jauh lebih banyak,” kata pengamat politik di Padang, Masful.

Di DPP itu, “rewet” pula, sebab memerlukan lobi-lobi politik. Surat yang sduah ditangan, bisa batal. Ditunggu berjam-jam bisa tak dapat. Untuk mendekati ketua umum, tak bisa langsung-langsung saja. Jangan dikira gampang.

Akan halnya penumpang pesawat, selain swasta, anggota DPRD yang kunker atau peningkatan kapasitas, juga kandidat kepala daerah. Nasib mereka tak di daerah, tapi di tiap kantor DPP partai di Jakarta.

Situasi Sumbar

Sementara itu di Sumbar, keadaan mulai “bagaleboh.” Yang sudah duduk bolanya, pasangan Mulyadi dan Ali Mukhni. Itu dua hari lalu, hari ini kabarnya, SK Ali Mukhni dari DPP PAN tertahan, entah kenapa. Sementara pasangan independen Fakhrizal dan Genius Umar, sedang digantung tak bertali.

Mahyeldi dan Audy Joinaldy, yang sudah dikebat erat itu, kini mulai longgar pula kabarnya. Tahu kenapa? DPP PKS, sedang bimbang, apakah Mahyeldi akan dipasangkan dengan Audy atau Adib Alfikri. Yang jelas, Mahyeldi-Audy didikung PKS, tapi tipis harapan akan didukung Irwan Prayitno. Bukankah sebelumnya, Irwan mendukung Riza Palepi.

Jika tanpa dukungan Irwan Prayitno yang gubernur itu, yang tokoh PKS tersebut, riskan bagi PKS untuk memijak gas membawa Mahyeldi dan Audy.

Apapun, angin bisa berhembus ke arah lain. Audy bisa dipasangkan dengan Faldo Maldini, atau dengan Fauzi Bahar, untuk posisi apapun itu. Juga dengan Shadiq. Partainya tentu Golkar, Nasdem dan PDI-P. PKB? Datuk Febby, tentu harus rela melepas Faldo. Masalahnya Golkar, yang lihat-lihat angin saja, akibatnya, kereta sudah berangkat juga. Jika Golkar mau berikan dukungan saja pada kandidat yang ada. Bisa juga maju sendiri, ambil Fakhrizal atau kadidat lain. Audy, Faldo,Fauzi, Shadiq, Dony Moenek, Gusmal, Datuk Febby atau siapapun yang Golkar suka.

Sementara KPU,siap sedia tiap hari dengan aturan main. Timses juga dengan berbagai harapan dan apresiasi pada sang kandidatnya.(kj)