Silvia, Kebaikan untuk Kita Bersama

Silvia Piobang saat merajut. Ist

Menurutnya, pelatihan merajut gratis bisa diselenggarakannya karena dia mendapat benang gratis pula dari sejumlah dinas. Selama pandemi, setidaknya ratusan masker sudah diselesaikan Silvia. Selain itu ada juga konektor rajutan dan beberapa pesanan pelanggannya seperti sepatu, tas, dompet dan lainnya juga diselesaikan dengan baik.

Dalam menggelar pelatihan merajut gratis itu, Silvia menerapkan protokol kesehatan. Seperti memakai masker, jaga jarak dan mencuci tangan. Tujuannya agar pelatihan yang dia gelar tak menjadi cluster baru penularan Covid-19.

Tempat pelatihan merajut itu berada di garase mobil yang kemudian disulap menjadi ruangan melatih rekan sesama disbilitas oleh Silvia.

Selain menggelar pelatihan secara offline dengan menerapkan protok kesehatan, Silvia Piobang juga memberi motivasi kepada masyarakat melalui daring. Menjadi nara sumber pelatihan Seni Decaoupage yang diselenggarakan salah satu bank BUMN. Silvia juga disandingkan dengan sejumlah tokoh perempuan hebat asal Sumbar dalam webinar Perempuan Menembus Batas yang berlangsung awal April 2021.

Bangkit

Jauh ke belakang, nestapa itu membuat Silvia lumpuh. Sebuah kecelakaan pada 2001 membuat gadis cantik itu mesti duduk di kursi roda.

Dan, dunia tak berhenti di sana. Pada 2021 ini buktinya, Silvia benar-benar telah jadi instruktur bagi anak manusia yang ditakdirkan menjadi disabilitas.

Silvia harus menjalani takdir tanpa bisa menggunakan dua kaki, pasca kecelakaan pada 2001 lalu. Peristiwa itu mengakibatnya dia lumpuh total, karena tulang cidera tulang punggung belakang. Sejak saat itu Silvia harus menggunakan kursi roda kemana pergi. Amak (Ibu-red), yang selalu setia mememaninya. Mereka silih berganti, mengendarai sepeda motor tiga roda tersebut.

Pasca mengalami ujian paling berat dalam hidup, hari-harinya sepi tak bertepi. Empat tahun lamanya terbaring ditempat tidur. Dalam waktu itu, berkali-kali dia sempat berpikir untuk bunuh diri. Sebab, dua kaki yang biasa digunakan melangkah kemana pergi tak lagi berfungsi.

“Saya begitu terpuruk ketika itu. Berkali-kali mencoba ingin bunuh diri. Sebab saya tidak menerima takdir dari Allah. Saya sering bertanya, kenapa saya harus mendapat cobaan buruk itu. Namun amak selalu menyemangati. Beliau terus dan terus bilang ke saya, nak, kamu harus kuat. Yakinlah cobaan ini ada hikmahnya. Kamu jangan pernah menyerah. Kita pasti kuat. Selagi kita meminta kepada Allah,” kata Silvia mengulang pesan Amaknya.

Bertahun-tahun larut dalam keputusasaan, karena tak bisa berbuat apa-apa untuk diri sendiri. Rasa tidak berguna dan menyusahkan amaknya terus saja bergelayut dalam benak. Lagi-lagi amaknya dengan penuh kesabaran dan keiklasan, menuntun Silvia ke jalan yang benar. Berbagai upaya dilakukan sang amak, mulai dengan memutarkan ceramah-ceramah agama, dan ayat-ayat Alquran.