Derita Pelajar, Korban Gempa Pasbar yang Terus Meringis Kesakitan

Rifka tegolek lemah di sebuah rumah yang ditempatinya sejak beberapa waktu belakang. Ist

PADANG-Rifka Milzam, (9) korban gempa Pasaman Barat tergolek tak berdaya di rumah kontrakan yang berjarak 10 KM dari RSUP M. Djamil Padang. Sebentar tidur dia terbangun. Dia menangis merintih kesakitan.

Sakit bersumber dari cidera kepala, mata dan bagian tubuhnya yang tertimpa bangunan sekolah, saat gempa melanda Pasaman dan Pasaman Barat, Sumatera Barat, 25 Februari 2022.

“Sejak di rumah sakit hingga sekarang Rifka terus menangis menahan sakit. Tidur lima menit lalu bangun dan mengerang kesakitan. Kadang kami tidak tega mendengarnya, namun bagaimana lagi,” terang Elsi, etek (tante-red) Rifka yang dihubungi topsatu.com Jumat (11/3).

Pasca menjalani perawatan intensif di RSUP M. Djamil Padang, Rifka dibekali dua jenis obat. Paracetamol dan ranitidin. Obat itu tidak mengurangi rasa sakit yang dirasakan Rifka yang kini sedang menjalani kontrol ulang di RSUP M. Djamil.

Dari pada bolak balik dari Pasaman ke Padang keluarganya memilih tinggal di sebuah rumah di kawasan Dadok Tunggul Hitam, Kota Padang. Di sana Rifka, Elsi, ayah, ibu dan adiknya usia 7 bulan tinggal sementara.

“Kami tidak tahu berapa sewanya rumah ini. Ibuk yang punya rumah bilang tinggal saja dulu. Bayar saja token untuk listrik dan air,” ujar Elsi, kepada topsatu.com, Jumat (11/3).

Diceritakan Elsi, saat gempa Rifka, sedang belajar di sekolah. Bumi berguncang, dia tak mampu berlari ke luar ruangan. Seketika kayu bersumber dari loteng ruang kelas jatuh dan menimpa kepala serta bagian tubuhnya yang lain.

“Kepala Rifka berdarah saat ditimpa bangunan yang runtuh. Rifka langsung dilarikan ke Puskesmas Kajai oleh warga yang melihat. Kondisinya kian drop ketika tahu rumah yang ditempatinya bersama nenek hancur,” sebutnya.

Cidera berat yang dialami Rifka, mengharuskan dia dirujuk ke RS Yarsi dari puskesmas. Kondisinya kian kritis dan RS setempat memutuskan Rifka segera dirujuk ke RSUP M. Djamil Padang.

Untuk pengobatan keluarga Rifka tak dikenakan biaya sepersenpun. Sebab dia ditanggung negara.Meski demikian, untuk biaya makan keluarga yang menunggui selama di RS, mereka harus menanggung sendiri. Selama dua pekan di Padang, mereka mulai kesulitan biaya. Sampai akhirnya kondisi keluarga Rifka tersebar di media sosial. Kondisinya mengundang perhatian orang banyak.

”Kini kami hanya berharap kesembuhan Rifka agar bisa seperti dulu lagi. Rifka adalah anak yang ceria dan cerdas. Ia adalah kebanggan kedua orangtuanya dan kami semua. Mudah-mudahan ia bisa sembuh total dan kembali seperti semula,”ucap Elsi.

Sementara, ayah Rifka, Itrayandi mengakui tidak dapat berbuat banyak. Ia mengatakan sudah tidak adak lagi simpanan uang untuk tinggal di Padang karena harta benda mereka sudah rata dengan tanah.