Beraksara Agar Lebih Berdaya

Kelas literasi yang diadakan Forum Pegiat Literasi Kota Padangpanjang, Sumatera Barat. (ist)

Peningkatan buta aksara juga bisa terjadi pada anak-anak usia sekolah yang drop out. Selebihnya, kendala penuntasan buta aksara adalah pada kelompok atau komunitas tertentu di daerah terpencil atau komunitas yang memang menutup diri pada pengetahuan.

Keberaksaraan Tak Sekadar Melek Huruf

Keberaksaraan bukan hanya sekadar kemampuan baca, tulis dan hitung sebagaimana konsep awal. Keberaksaraan atau literasi yang dirumuskan oleh World Economic Forum tahun 2016 mencakup enam literasi dasar yang harus dikuasai setiap orang dewasa di abad 21 ini, yakni baca tulis, numerasi, sains, digital, finansial, serta budaya dan kewargaan.

Seperti diungkapkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Prof, Muhadjir Effendy, keaksaraan bukan hanya sekadar prioritas pada aspek baca, tulis, hitung, tetapi juga pentingnya pengembangan keterampilan sebagai investasi yang sangat penting bagi masa depan dan kemajuan bangsa yang bermartabat. (kompas.com, 8 September 2018)

Dengan pemahaman yang lebih luas tersebut, maka kemampuan literasi saat ini lebih dari sekadar kemampuan membaca dan menulis. Lebih dari itu, dengan berliterasi, masyarakat harus bisa kritis dalam memahami, mengggunakan, menganalisa dan memaknai apa yang dibaca atau ditulisnya. Hal itu sejalan dengan kebutuhan di era post truth saat ini dimana masyarakat dituntut untuk lebih kritis dalam memahami dan menggunakan informasi yang diterimanya.

Walaupun titik fokus pemerintah masih menuntaskan 2,07 persen itu mendekati titik nol, namun program literasi yang lebih luas juga harus sejalan dilakukan. Dengan demikian, maka penuntasan buta aksara dan gerakan literasi tentu tak bisa dibebankan semata pada pemerintah. Literasi mau tak mau harus dimulai dari keluarga. Beri perhatian pada anggota keluarga yang masih buta aksara maupun minim kemampuan literasi.

Lebih luas jangkauannya dari itu, relawan-relawan literasi serta kampung-kampung literasi harus dipertahankan dan harus ditambah jumlahnya. Pekerjaan ke depan, setiap kecamatan minimal harus memiliki satu kampung literasi dan sejumlah pojok baca yang bisa menjangkau masyarakat dengan mudah hingga ke pelosok.

Tak dapat dielakkan, kemampuan beraksara dan literasi dapat meningkatkan mutu dan taraf hidup seseorang menjadi lebih baik. Kemampuan beraksara dapat membuat seseorang punya daya tawar di tengah masyarakat dan bisa meningkatkan kemampuan ekonomi keluarga dan masyarakat. Tak hanya itu, orang tua dengan kemampuan aksara lebih baik, tentu bisa lebih baik pula mempersiapkan generasi penerus yang bisa bersaing. Dengan kemampuan keaksaraan, masyarakat dapat mengandalkan kemampuan berfikir dan menganalisa. Dengan beraksara, setiap individu bisa menjadi lebih berdaya di segala bidang kehidupan. (*)