Ziarah Rumah Gadang Tetap Lestari di Dharmasraya

Suasana ziarah gadang di Nagari Sikabau, Kecamatan Pulau Punjung.

PULAU PUNJUNG – Ziarah Rumah Gadang kembali digelar di Nagari Sikabau, Kecamatan Pulau Punjung, Kabupaten Dharmasraya, setelah tradisi itu sempat tidak dilaksanakan selama dua tahun lantaran pandemi Covid-19. Tradisi ziarah rumah gadang yang dilaksanakan pada hari ke-2 lebaran tetap bertahan sebagai sarana silaturahmi dalam menyambut Idul Fitri 1443 Hijriah.

“Sejak awal pandemi Covid-19 pada 2020 lalu, kegiatan ini tidak dilaksanakan. Tahun 2021 digelar dengan prokes yang ketat. Ahamdulillah tahun ini masyarakat sangat antusias untuk hadir, merasakan kembali momen berkumpul bersama, saling bermaaf-maafan,” ungkap Ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) Sikabau, Kecamatan Pulau Punjung, Jamhur Dt Jati, di sela- sela kegiatan tersebut, Selasa (3/5/2022).

Katanya, tradisi ziarah rumah gadang dilaksanakan pada enam suku adat, yakni Suku Mandahilang, Malayu, Patapang Ateh, Patapang Bawuah, Tigo Nini, dan Suku Piliang.
Dalam tradisi yang tetap lestari ini, setiap kaum bundo kanduang atau ibu-ibu membawa rantang untuk acara makan bersama.

Kegiatan ziarah rumah gadang diawali makan bajamba atau makan bersama dengan menu Khas Ranah Minang, seperti rendang, gulai ayam, gulai tunjang (kikil), dan hidangan lebaran lainnya.

“Seteleh makan bajamba, kegiatan dilanjutkan dengan hiburan rakyat, panjat pinang. Hari ini seluruhnya larut dalam semangat kebersamaan dan persatuan, dan yang paling penting masyarakat diimbau tetap menerapkan protokol kesehatan,” terangnya.

Dia melanjutkan, ziarah rumah gadang juga dimanfaatkan sebagai momentum bertukar pikiran keluarga besar suku untuk kemajuan kaum, nagari dan Dharmasraya ke depan.

“Ziarah rumah gadang Ini merupakan rangkaian dari beberapa tradisi tahunan yang sudah ada sejak dulunya, seperti sebelum puasa halal bi halal mambuka surau, takbiran ke rumah-rumah dunsanak dan ditutup kembali dengan halal-bihalal menutup surau,” tambah Dt Jati yang juga pucuk Pimpinan Suku Mandahiliang.

Sementara, Walinagari Sikabau, Abdul Razak berharap tradisi tersebut tetap bertahan di tengah perkembangan zaman yang begitu pesat, dan jangan disiakan-disiakan karena hanya datang sekali dalam setahun.

Di samping itu, pihak pemerintah nagari juga berpesan kepada orang tua supaya mengingatkan anak-anaknya agar menghindari kegiatan yang tidak bermanfaat dan tidak sesuai adat istiadat.

“Ingatkan anak-anak, cucu, dan keponakan kita akan pentingnya pengetahuan ilmu adat, ilmu agama dan budi pekerti, jangan sampai terjerumus pada kegiatan yang menyimpang,” terangnya. ( roni )