Tinggal 1,96 Persen Masyarakat Indonesia yang Buta Aksara

Mendikbud Muhadjir Effendi menyerahkan penghargaan pada peringatan Hari Aksara. (kemdikbud)

MAKASAR – Jumlah penduduk buta aksara Indonesia terus menurun. Tahun 2019 ini, tinggal 1,96 persen atau 3,29 juta orang dari total populasi penduduk Indonesia yang buta aksara. Jumlah itu turun dari tahun sebelumnya di mana buta aksara masih 2,07 persen atau 3,4 juta jiwa.

Hal itu dikatakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Muhadjir Effendy, saat puncak peringatan Hari Aksara Internasional tingkat nasional di Lapangan Karambesi, Makasar, Sabtu (7/9).

“Alhamdulillah, sekarang Indonesia sudah mencapai tingkat literasi yang sangat tinggi. Karena sudah di atas 98 persen. Sudah tinggal satu persen lebih dikit. Padahal pada waktu kita awal merdeka, pada waktu Bung Karno mencanangkan berantas buta huruf, kondisi Indonesia 97 persen penduduk dalam kondisi buta aksara. Kemudian, tahun 1974 Presiden Soeharto mencanangkan SD Inpres besar-besaran. Sebetulnya itupun dalam rangka menuntaskan buta aksara,” katanya.

Dikatakan, saat ini literasi memiliki pengembangan lebih jauh. Selain literasi membaca dan menulis, ada literasi numerasi, sains, digital, finansial, kebudayaan dan berwarganegara.

Menurutnya, tidak cukup membina masyarakat untuk sekadar bisa baca tulis. Tetapi, harus betul-betul bisa memanfaatkan kemampuan membaca dan kemampuan literasinya untuk menyelesaikan persoalan kehidupan sehari-hari maupun kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sementara, menurut Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (PAUD dan Dikmas) Harris Iskandar,kegiatan peringatan hari aksara tersebut bertujuan untuk memperkuat komitmen seluruh pemangku kepentingan, mensosialisasikan percepatan gerakan literasi nasional, dan mengingatkan UNESCO agar ada aksi nyata terkait percepatan penuntasan buta aksara tersebut.

Dalam kegiatan tersebut sekaligus diserahkan penghargaan terhadap pemenang dan penerima apresiasi aksara bagi kategori video keaksaraan, pegiat literasi dan PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat), dan publikasi keaksaraan di media cetak dan daring. Pada kesempatan itu juga diberikan apresiasi kepada tokoh adat dan pemerintah kabupaten/kota yang berkomitmen dalam percepatan penuntasan buta aksara di daerahnya masing-masing. (rin)