Tahun Depan Pemko Payakumbuh Sediakan Alat Pengering Jagung untuk Keltan

PAYAKUMBUH-Kesempatan besar menanti petani jagung di Payakumbuh. Karena kedepannya mereka tak perlu pusing lagi memikirkan kemana hasil panen akan dipasarkan.

Seperti halnya yang dilakukan oleh Kelompok Tani (keltan) Padang Beringin Talao, Kelurahan Koto Panjang Dalam, Kenagarian Koto Panjang Kecamatan Lamposi Tigo Nagori (Latina).

Hal itu karena Walikota Payakumbuh Riza Falepi, melakukan penandatanganan nota kesepakatan (MoU) kemitraan antara Keltan dengan pengusaha ternak unggas di nagari setempat. Ini merupakan tindaklanjut atas inisiasi yang dilaksanakan Walikota Riza dan Ketua KAN Koto Panjang Dt. Majo Lobiah Nan Putiah, usai peresmian kampung tangguh Covid-19 di Koto Panjang beberapa waktu lalu.

Kepada topsatu, Kamis (13/8), Wako Riza Falepi mengapresiasi Ketua KAN Koto Panjang Dt. Majo Lobiah Nan Putiah, yang sekaligus pelaku peternak unggas, telah menyetujui kontrak kerjasama dengan kelompok tani ini. Di mana harga jual jagung yang dibeli sudah jelas tertera sesuai dengan kontraknya. Sehingga ada kepastian bagi petani jagung kedepannya.

“Dengan adanya MoU ini, jangan sampai ada lagi lahan pertanian yang kosong dan tidak termanfaatkan di Payakumbuh. Karena selama ini, persoalan jagung itu cukup banyak. Misalnya pasca panen, jagung yang dijual harus memenuhi syarat kekeringan tertentu. Kadang saat kita menjemur jagung, tidak merata keringnya. Padahal permintaan pasar kualitas hasil panen sangat diperhatikan betul kualitasnya. Insya Allah tahun depan, kita bantu kelompok tani dengan mempersiapkan alat pengering berkapasitas 3 ton lebih. Nanti lokasi operasionalnya di terminal agro,” ujarnya.

Menurutnya, kebutuhan akan jagung untuk pakan ternak ini sangat tinggi. Puluhan hingga ratusan ton tiap harinya. Untuk petani di Payakumbuh harus mampu untuk memanfaatkan peluang ini semaksimal mungkin. “Dengan tingginya kebutuhan akan jagung. Tentu ini akan menjadi bisnis yang menguntungkan. Petani jagung bisa kaya, jika mampu melihat peluang ini,” tambahnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Payakumbuh Depi Sastra, yang dihubungi terpisah, mengatakan, dengan adanya kerjasama dengan pola kemitraan ini, antara pengusaha ternak unggas petelur dengan petani jagung telah menggambarkan sudah ada pasarnya.

“Biasanya petani enggan menanam jagung karena harga yang tak menentu dan pasar yang tak jelas. Namun dengan telah dilakukannya MoU antara pemerintah daerah dengan pengusaha ternak, hal itu jangan diikirkan lagi. Untuk Payakumbuh lebih cocok menanam bibit jagung jenis Pioner 32, dengan masa tanam hingga panen selama 4 bulan. Karena peternak memang menyukai kualitas jagung Pioner 32 ini,” ucapnya.

Sebelumnya, Ketua KAN Koto Panjang Dt. Majo Lobiah Nan Putiah, secara terpisah, menyebutkan, kebutuhan jagung peternakannya sebanyak 10 ton perhari. Sementara kebutuhan Payakumbuh dan Kabupaten Limapuluh Kota sekitar 400 ton. Petani Payakumbuh belum bisa memenuhi permintaan ini. Sehingga peternak harus membeli jagung ke daerah lain seperti Pasaman dan Lampung, bahkan ada yang mengimpor dari Malaysia.

“Sebagusnya bila ada lahan-lahan kosong dipotensikan untuk menanam jagung ini. Berkebetulan dengan adanya program ketahanan pangan Covid-19. Ide ini bersama walikota kita gagas. Mudah-mudahan perekonomian bisa meningkat dengan menggalakkan menanam jagung ini. Pasarnya kan juga sudah jelas dan tentu akan berimbas pada sektor ekonomi itu sendiri,” ucapnya. Yuke