Opini  

Sumbang 12 dan Kepemimpinan dalam Tambo Minangkabau di Pesantren Ramadhan Masjid Nurul Hikmah Air Tawar Timur

Oleh: Dr. Zulfa, M.Pd, M.Hum

Pesantren Ramadhan merupakan hal yang paling penting disetiap bulan puasa di kota Padang. Kegiatan pesantren Ramadhan 1445 H/2024 M ini bertemakan “Pesantren Ramadhan Menjadi Wasillah Melahirkan Kepemimpinan Islami pada Generasi Muda Di Kota Padang”. Ketua pelaksana dalam kegiatan pesantren Ramadhan ini adalah Drs. Nofembli Rauf dengan sekretaris pelaksana Rika Nofitri Wulandari, S.Pd.

Pada Rabu, 27 Maret 2024 kegiatan pesantren Ramadhan yang diikuti siswa SD dan SMP membahas tentang kepemimpinan dalam tambo Minangkabau di pesantren Ramadhan Masjid Nurul Hikmah Air Tawar Timur.
Konsep kepemimpinan dalam tambo di Minangkabau ada 2 yaitu gemar bermusyawarah dan bijaksana. Hal ini dilakukan Datuk Parpatih nan Sabatang dan Datuk Katemenggungan dalam kelarasan Bodi Caniago dan Koto Piliang. Termasuk membuka daerah Pariangan, Padang Panjang dan Luhak Nan Tigo. Pembukaan daerah baru semua dilakukan dengan jalan bermusyarah dan bermufakat. Termasuk dibuka lagi daerah rantau Tiku dan rantau Pariaman.

Disamping gemar bermusyawarah dan Bijaksana ada lagi kepemimpinanan datuk Perpatih Nan Sabatang dan datuk Katemenggungan yaitu, Sidiq (benar), Amanah (dipercaya), Fatanah (Cerdas)
Tabliq (Menhampaikan).

Disamping materi ada kuis yang diberikan kepada siswa SD dan SMP dengan mendapatkan hadiah yang menarik. Siswa SD dan SMP sangat senang dengan mendengarkan materi yang terkait dengan kepemimpinan menurut Tambo di Minangkabau.

Selanjutnya pada jam 10.00 pagi dilanjutkan dengan materi Sumbang 12 dalam membentuk etika siswa SMA dan SMK. Sumbang 12 adalah segala yang tidak patut dan tidak pantas yang dilakukan oleh perempuan Minangkabau. Perilaku sumbang 12 adalah sebagai berikut: Sumbang Duduak, Sumbang Tagak, Sumbang Diam, Sumbang Jalan, Sumbang Kato, Sumbang Caliak, Sumbang Pakaian, Sumbang Bagaua, Sumbang Karajo, Sumbang Tanyo, Sumbang Jawab dan Sumbang Kurenah.

Mengapa Sumbang 12? Hal ini dapat dilihat dari Etika siswa Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pada masa sekarang sudah semakin menurun. Hal ini tercermin dari kehidupan keseharian siswa SMTA yang sudah melanggar adab dan etika yang berlaku di Minangkabau. Padahal budaya Minangkabau dari dahulu sangat menjaga adab dan etika. Etika dan adab itu sudah semakin luntur dari waktu ke waktu. Seharusnya adab dan etika jangan sampai budaya Minangkabau luntur dimakan waktu, maka dari itu perlunya mencegah hal itu dengan menerapkan sumbang duo baleh di Minangkabau khususnya ke siswa SMTA dan SMK.

Sumbang 12 diajarkan kepada siswa-siswi agar etika generasi muda menjadi lebih baik lagi ke depannya. Namun sebaiknya Sumbang 12 menjadi ikon penting pada siswa SMTA dan SMK yang ada di wilayah Sumatera Barat agar dari waktu kewaktu etika siswa siswa menjadi meningkat. (***)