“Saat ini baru ada 24 tenda, 15 diantaranya sudah terpasang. Jika dihitung kebutuhan tenda,harusnya 30 tenda yang tersedia,” terangnya.
Di tenda-tenda itu sudah dan akan dilaksanakan ujian naik kelas dan ujian kelulusan.
“Saat ujian anak-anak menggunakan seragam sekolah. Rata-rata mereka hadir ujian. Ada beberapa dilaporkan tak ikut ujian. Alasannya ada yang orangtuanya meninggaldan sakit.Merekaakan ujian susulan,”terangnya.
Disebutkan Agusli saat ujian anak-anak tidak dibebani oleh aturan ketat, seperti ketika situasi normal. Sebab kondisi anak-anak belum terlalu pulih dari rasa trauma akibat gempa yang terjadi pada Jumat 25 Februari 2022.
Sementara, selain siswa para guru di daerah tersebut juga terdampak gempa. Sejumlah guru rumahnya rusak, dari rusak sedang hingga berat. Mereka ada yang tinggal di tenda pengungsian dan hingga menunggu selesainya hunian sementara yang disiapkan pemerintah.
Orangtua
Sejumlah orangtua siswa mengaku senang dengan kebijakan dinas pendidikan setempat yang tidak membebani anak-anak mereka dengar aturan menyulitkan.
“Alhamdulillah tak banyak aturan dari sekolah saat anak-anak ujian. Anak-anak kami memang sudah ujian meski mereka menjawab seadanya dan semampunya,” terang Sari, salah seorang siswa SMP 2 Malampah.
Disebutkannya, kembali ke sekolah membuat anak-anak kembali beraktivitas, kondisi itu jauh lebih baik dibanding ketika mereka harus tinggal di tenda dengan berbagai dilema.
“Kalau di tenda anak-anak sering main hp saja. Sesekali bercengkrama dengan teman sebaya. Kalau sekolah mereka bias belajar. Jadi waktu mereka lebih bermanfaat,” terang Sari.
Ibu tiga anak itu berharap, pemerintah segera membangun kembali rumah-rumah mereka yang terkena dampak gempa. Harapan Sari dan warga Pasaman dan Pasbar lainnya mulai terlihat dengan adanya pembangunan hunian sementara dari pihak swasta, yayasan dan pihak terkait lain. 107
