Sapta Nirwandar: TdS Tanpa Singkarak, Lupa Sejarah

Ternyata setelah saya lihat benar view-nya begitu luar biasa,” kisahnya.

Setelah melihat dari dekat, mereka kemudian merancang lebih jauh apa yang dapat dilakukan guna memajukan daerah tersebut khususnya dan Sumatra Barat umumnya.

“Mulanya mau buat culture destination, namun dalam perkembangannya setelah kita bicarakan lebih jauh dan melihat keberhasilan negara lain, yang salah satunya memajukan negara dengan event sport and tourism atau olahraga dan wisata, sehingga kita kemaslah Tour de Singkarak ini,” ceritanya lagi.

Perjalanan waktu menurutnya menjadikan TdS makin matang. Mulanya di tahun pertama dan kedua, event ini diakuinya memang belum terlalu diperhitungkan. Tapi seiring waktu, event tersebut mampu menunjukkan kelasnya dan diminati para pebalap asing.

Prestasi posisi lima besar dunia event balap sepeda pun mampu diraih. TdS pun berhasil mengangkat keterpurukan Sumbar pasca bencana.

“Sumbar tak hanya kaya potensi alam “nan rancak bana”, budaya yang luar biasa, tapi juga kuliner nan lamak bana. Tapi, tanpa promosi tentu orang tak akan tahu. Nah, TdS inilah yang kita gagas sebagai branding-nya, branding destination,” pungkasnya. (yuni)