Opini  

Roehana Koeddoes : Wartawati Pertama Indonesia dan Perannya dalam Pendidikan Perempuan

Roehana Koeddoes

Meskipun telah ada kemajuan dalam akses pendidikan perempuan di Indonesia, masih banyak tantangan yang dihadapi, termasuk kesenjangan antara perkotaan dan pedesaan, serta faktor-faktor ekonomi dan budaya. Organisasi non-pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat memainkan peran penting dalam memperjuangkan hak pendidikan perempuan dan memastikan bahwa akses pendidikan setara bagi semua anak, tanpa memandang gender.

“We need local heroes, we need to be inspired by her.” Ucap Dr. Ilmiawati

Roehana Koeddoesadalah representasi dari keberanian dan keteguhan hati yang ditunjukkan dalam menghadapi tantangan dan kesulitan di masanya. Roehana Koeddoesberhasil menginspirasi banyak orang dengan perjuangannya yang gigih dalam memperjuangkan hak-hak perempuan, terutama dalam akses pendidikan dan kesetaraan gender, di tengah latar belakang pendidikan perempuan yang penuh dengan keterbatasan.

Melalui upayanya untuk mendirikan Sekolah Kerajinan Amai Setia dan membuat surat kabar “Soenting Melajoe”, Roehana Koeddoestidak hanya menciptakan wadah untuk pendidikan perempuan, tetapi juga menggunakan media untuk menyuarakan aspirasi dan hak-hak perempuan. Dia menjadi teladan bagi generasi berikutnya karena dedikasinya yang tak kenal lelah dalam memperjuangkan hak-hak perempuan.

Roehana Koeddoes aktif dalam mendorong peran perempuan dalam bidang budaya, ekonomi, politik, dan pendidikan. Melalui tulisannya, dia membantu melestarikan kearifan lokal dan memperkuat identitas bangsa

Sebagai pahlawan lokal yang memiliki pengaruh besar, Roehana Koeddoesmengajarkan kita pentingnya keteguhan, semangat perjuangan, dan keberanian untuk membela keadilan dan kesetaraan. Peran Roehana Koeddoes memberikan inspirasi bagi kita semua untuk terus berjuang dan memperjuangkan hak-hak perempuan dan kesetaraan gender meskipun tantangan masih ada. Kita dapat membangun masyarakat yang lebih adil, inklusif, dan berkeadilan bagi semua dengan mengikuti jejaknya. (***)