Opini  

Purus Kebun dengan Kebhinekaannya

Eriandi

Oleh Eriandi

Purus kebun, sebuah kampung kecil di pusat Kota Padang. Berada di Kelurahan Ujung Gurun, Padang. Membentang sungai Banda Kali di sisi utara. Banda Kali menjadi kebanggaan masyarakat Purus Kebun dan sekitarnya. Tiap tahun di sana, apalagi saat Agustusan ada lomba pacu sampan. Anak-anak Purus Kebun pun belajar berenang di Banda Kali, kendati di sebrenagnya ada kolam renang Teratai.

Di sana juga pernah digelar event Perahu Naga bertaraf internasional. Sekarang tak ada lagi. Mungkin karena tak ada dana atau pengelolaannya kurang bagus sehingga jarang lagi ada event internasional. Kalaupun ada, hanya pacu sampan saja.

Di Purus Kebun berderet teratur ratusan rumah seperti perumahan layaknya. Gangnya agak kecil. Susah kendaraan roda empat berselisih di dalam gang. Harus ada yang mengalah. Bandarnya juga kecil. Kalau sudah turun hujan yang agak deras, air bandar melimpah ke jalan. Purus Kebun kerap banjir. Kini agak kurang. Kalaupun air naik, paling cuma setinggi mata kaki.

Doeloenya di situ berdriri pabrik getah. Banyak. Ada juga pabrik rokok. Sekarang tak ada lagi. Entah pergi kemana, tinggal cerita.

Di Purus Kebun, penduduknya terkenal toleransi satu dengan yang lain. Saling menghormati. Banyak suku berdiam. Dari luar provinsi Sumbar ada yang dari Jawa, Sunda, Batak, Ambon serta lainnya. Kalau dari dalam Sumbar ada Solok, Agam, Bukittinggi dan banyak lainnya.

Beragam suku dan agama. Satu sama lain sangat menghormati. Terasa Purus Kebun itu kampung Kebhinekaan.
Perayaan agama non Islam, warga lain menghormati. Pun sebaliknya. Tidak ada sikap saling ejek atau menghina. Semuanya kompak di bawah bendera Purus Kebun. Ketika ada yang merayakan keagamaan, saling mengunjungi. Terasa damai. Juga dalam pergaulan sehari-hari. Tidak ada perbedaan, semuanya sama.

Banyaknya suku bangsa di situ, juga memperkaya khasanah berkensian warga. Pada waktu tertentu, warga Suku Jawa akan menampilkan pertunjukan kuda kepang atau kuda lumping. Biasanya digelar saat menyambut 17 Agustus. Digelar di lapangan bulu tangkis atau di halaman ruko di jalan Ujung Gurun.

Pernah juga ada hiburan randai dipertunjukkan. Tambua tasa. Apalagi saat orang dari Maninjau atau Pariaman baralek. Meriah suasana. Tambua tasa talu bertalu.

Di gerbang luar berdiri “ monumen nasional (monas)” seperti yang ada di Jakarta. Tiang besar dari beton di puncaknya ada kobaran api dicat emas. Menjadi pertanda Anda memasuki Purus Kebun. (*).