Nama Syekh Muhammad Djamil atau dikenal juga dengan Inyiak Jaho. Dia bersama Syekh Sulaiman ar-Rusuli atau Inyiak Canduang yang mendirikan MTI Canduang lah yang mereformasi metode halaqah tersebut. Setelah itu barulah lahir MTI-MTI baru di Minangkabau.
Syeikh Muhammad Djamil lahir pada tahun 1875 di Nagari Jaho. Setelah 20 tahun menuntut ilmu agama serta memperdalamnya dengan berbagai ulama kenamaan Minangkabau, tahun 1908, ia berangkat ke Makkah.
Di sana dia belajar selama 10 tahun dengan Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi ulama mazhab Syafi’i dan beberapa ulama dari mazhab lain. Pada penghujung tahun 1918 Syeikh Muhammad Djamil pun pulang ke kampung halaman.
Rais ‘Am MTI Syekh M Jamil Jaho H. Asmudji Rais Djamily menyebut, sesampai di kampung halaman, syekh tidak langsung mengajar. Tapi, berkeliling ke pelosok negeri untuk berdakwah dan menceritakan kemajuan umat Islam luar negeri, tempat ia menimba ilmu.
Untuk memperkuat dakwah, lanjutnya, beliau bersama ulama lainnya seperti Syekh M Saad Mungka, Dr H. A Karim Amarullah, Syekh M Djamil Jambek, Syekh Abas Qadhi, Syekh Sulaiman Ar Rasuli, Syekh Ibrahim Musa, Syekh Abbas Syekh M. Tahaib, Syekh Abdul Wahid memprakarsai berdirinya Persatuan Ulama Minang Kabau (Ittihadul Ulama).
Selain berdakwah, persatuan ini juga mendirikan majalah Arrud Wal Wadud yang merupakan wadah ulama berdakwah melalui ujung penanya. Singkat cerita, tahun 1925 Syekh Muhammad Djamil kembali dari Makkah untuk keduakalinya. Kemudian membuka halaqah baru di Surau Ambacang Biguang.
Menjelang gempa Padang Panjang tahun 1926, muridnya sudah berdatangan dari seluruh pelosok negeri. “Waktu itu Surau Inyiak Jaho sudah ramai kembali, hiruk pikuk santri mewarnai kehidupan masyarakat di Nagari Jaho,” Asmudji yang merupakan cucu dari Syekh Muhammad Djamil Jaho.
Pesantren yang mengajarkan Kitab Kuning ini, ikut melukis sejarah bersama perguruan Islam lainnya dalam perkembangan dan pembaruan sistem pendidikan agama Islam di tanah air. Diawali sistem halaqah sebelum akhirnya beralih ke sistem madrasah.
Cikal Pendirian Perti
Syekh Jamil Jaho bersama-sama Syekh Sulaiman ar-Rusuli juga mengembangkan Madrasah Tarbiyah Islamiyah menjadi sebuah gerakan organisasi Islam dengan nama Persatuan Tarbiyah Islamiyah.
Menurut Mudji, habis gempa Padang Panjang itulah ia bersama Syekh Sulaiman Ar Rasuli dan ulama-ulama syafi’iyyah lainnya mendirikan Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PTI), kemudian pada tahun 1930 diubah menjadi PERTI. “PERTI inilah sebagai wadah perhimpunan MTI-MTI yang ada di Minangkabau waktu itu,” ujar Mudji.
Ia mengatakan, jika waktu itu pendidikan surau ini tidak direformasi menjadi sistem madrasah, mungkin sampai saat ini pesantren-pesantren tuo masih belajar secara tradisional. “Dan sudah pasti, generasi hari ini tidak akan melihat perkembangan MTI dengan muridnya dan peran dalam pengembangan pendidikan berbasis Islam,” jelasnya.