Ragam  

MELAYANI SEPENUH HATI; Nakhoda Melawan “Badai” Pandemi, Demi Mengantar Energi ke Anak Negeri

Kapten Rudy Handoko saat memberi arahan kepada timnya. (ist)

Pertengahan Maret 2020. Laut Natuna begitu tenang. Tapi, tidak hati Kapten Rudy Handoko, Nakhoda Kapal MT Minas. Dia resah, gundah, dan sedih. Kerinduan kepada keluarga telah membuncah di dada. Sudah terbayang banyak hal yang akan dilakukannya sesampai di rumah.

Namun hari itu, surat pemberitahuan tentang “lockdown” di seluruh kapal tanker PT Pertamina yang diterimanya dari perusahaan plat merah tersebut membuyarkan angannya. Dia harus menunda kepulangannya yang sebenarnya tinggal beberapa hari lagi. Otomatis, kerinduan akan kehangatan keluarga mesti tetap ditahan hingga ada keputusan dia bisa turun dari kapal.

Walau ada rasa sedih, dia harus menghapuskannya. Toh, sekarang ada alat telekomunikasi yang mempermudah dia dan para kru kapal tetap “bertemu” dengan keluarga masing-masing.

“Sedih pasti. Tapi kita tak boleh larut, karena ini adalah tugas kita, tugas negara mengantarkan energi ke pelosok negeri. Kita boleh di “lock”, tapi semangat tak boleh “down”,” tegas Rudy yang sejak September 2020 pindah menakhodai MT Merauke, kapal milik PT Pertamina, buatan PT Dumas, Surabaya tahun 2011.

Sebagai orang nomor satu di kapal tanker berukuran besar tersebut, dia juga tak boleh menunjukkan kesedihan, tapi harus memberikan semangat kepada para kru, sehingga mereka bisa menghilangkan kejenuhan yang mulai muncul setelah berbulan-bulan berlayar.

“Terbatasnya mobilitas, tentu membuat kita jenuh,” katanya.

Kapten Reno Kampai sedang memberikan arahan di meja peta yang ada di kapal yang dinakhodainya.

Bekerja di kapal tanker ditegaskannya, tak ada hari libur dan bahkan libur di hari raya. Justru, di hari raya, kesibukan kian meningkat. “Aktivitas di kapal tanker 24 jam dan dibagi tiga shift. Shift pertama pada pukul 00.00 sampai dengan 04.00 kemudian pukul 12.00 hingga 16.00. Shift kedua, pukul 04.00 sampai dengan 08.00 kemudian 16.00 hingga 20.00 dan ketiga pukul 08.00 sampai pukul 12.00 kemudian pukul 20.00 hingga 24.00,” rincinya.

Makanya, pesiar saat kapal lego jangkar di pelabuhan bongkar adalah hiburan yang bisa melepas penat dan kebosanan di atas kapal yang hanya menyajikan pemandangan laut lepas. Kini, hal tersebut tak dapat lagi dilakukan demi menghindari virus corona.

“Sekarang, sebisa mungkin interaksi dengan kru darat dihindari. Seluruh kebutuhan di kapal diisi oleh agen. Jadi kru kapal tidak ada lagi yang pesiar,” tuturnya.

PT Pertamina menurutnya sangat hati-hati dalam menjaga para nahkoda dan kru kapal tanker. Rudy sendiri, sebelum mengawaki kapal MT Merauke, terlebih dahulu melakukan medical check up untuk memastikan dirinya sehat dan jauh dari Covid-19 dan juga mengikuti Before Joining Ship Training (BJST) atau pelatihan kembali sebelum naik ke kapal.

“Bahkan, sesampai di lokasi dan sebelum menaiki kapal, kami terlebih dahulu dikarantina,” ceritanya.