Padang  

Mahasiswa Uprisba Padang Piawai Memainkan Seni Budaya Minangkabau

PADANG,- Mahasiswa Universitas PGRI Sumatera Barat (Upgrisba) piawai menampilkan seni budaya Minangkabau. Kepiawaian itu tampak dalam acara lomba seni budaya minang di Perguruan Tinggi yang dulu namanya STKIP PGRI itu Kamis (4/1) di aula kampus Gunung Pangilun Padang.

Ratusan mahasiswa yang berasal dari 22 kelas itu menampilkan bermacam bentuk seni Budaya Minangkabau. Penampilan itu sebagai persyaratan dalam menyelesaikan perkuliahan Budaya Minang Kabau sebagai mata kuliah wajib di perguruan tinggi swasta keguruan itu. Perkuliahan itu di ampu oleh dosen dosen yaitu, DR Bukhari Nurdin, DR Zulfa, DR Liza Husnita, DR.Aldiyamon, M.Khudri M.Pd, Refni M.si dan Meldawati M si.

Setelah acara seremonial yang ditandai dengan pidato pembukaan oleh Rektor Upgrisba Prof Dr Ansofino M.Si langsung digelar lomba penampilan seni budaya sebagai bagian dari rangkaian acara Festival Budaya Minangkabau dan Ekspo Kewirausahaan. Aula yang disulap menjadi arena pementasan di tata sedemikian rupa, mahasiswa yang akan tampil dan penonton menempati kursi yang disusun semi melingkar.
Para peserta yang memenuhi aula mengenakan aneka macam pakaian adat, yang perempuan mengenakan pakaian bundo kanduang, anak daro dan pakaian pasumandan. Laki laki ada yang mengenakan pakaian datuk datuk hingga baju pandeka.
Suasana kelihatan begitu meriah, apa lagi peserta lomba penampilan seni budaya berpakaian warna warni, kebanyakan warna sirah menyala, sementara suntiang di kepala mereka menjulang tinggi mirip gunung merapi yang lainnya memakai songkok tanduak kerbau, ciri pakaian bundo kanduang.
Dimulailah penampilan pertama dari kelas Informatika ’21 Sesi C yang membawakan baralek gadang sebagai tema disusul kelas berikut nya yang juga baralek gadang. Tampilan yang menarik adalah Randai Sabai Nan Aluih oleh kelas BK 21 Sesi B. Tak kurang dari 30 pemain serempak menepuk nepuk sarawa galembong tapak itiak nya,tak pelak mengundang tepuk dan sorak sorai penonton.
Penonton dibuat tenang dan terpukau menyaksikan aksi anak anak randai yang dibina pelatihnya Neru sejak 2 bulan lalu. Membutuhkan waktu sekitar 30 menit, penampilan mahasiswa tingkat 3 dengan dosennya M.Khudri itu menyelesaikan cerita randai Sabai Nan Aluih yang berakhir dengan kematian Rajo Babandiang ayah Sabai Nan Aluih dibunuh oleh Rajo Nan Panjang, penonton tampak haru menyaksikan kisah tragis main hakim sendiri seorang “bagak” di ranah minang .
Ketua kelas BK 21 B Rafli yang ditanyai setelah menampilkan kesenian tradisi Minang itu mengakui bahwa dia dan teman temannya nyaris tiap hari latihan selama dua bulan terakhir.
“Kami ingin tampil maksimal, atas bimbingan Uda Heru bahkan kami iyuran untuk semua kebutuhan termasuk sewa pakaian, tapi kami puas” Kata Rafli.
Rafli mengaku, banyak sekali pelajaran yang diambil dari randai yang ditekuni untuk ditampilkan. ” Kami jadi mengenal dan budaya Minangkabau, Insya Allah akan kami lestarikan dan kami kembangkan” ujar Rafli.
Dari 21 grup yang akan tampil pada Festival akhir perkuliahan semester ini, sebanyak 9 grup menampilkan randai, 4 baralek gadang, sisanya menampilkan tari, lagu dan silat. Besok dilanjutkan dengan lomba petatah petitih, menampi bareh dan ekspo kewirausahaan (MK)