Jam Gadang Nan Ikonik, Makanan dan Minuman Datang Sendiri

BUKITTINGGI – Segelas es jeruk dingin dan sekantung pensi pedas di hawa nan sejuk di bawah lagit biru berawan putih tipis, terasa nikmat sekali.

Di sini Landmard Kota Bukittinggi, Sumatera Barat sedang ramai. Jam Gadang titik nol Bukittinggi, dibangun 1926 oleh Balanda di atas Bukit Kandang Kabau. Jamnya buatan Jerman. Lazim di Eropa jam besar semacam ini. Lazim pula angka-angkanya.

Tangga dan tempat istirahat teduh hampir penuh di tengah para pejalan kaki. Muda-mudi, remaja, ibu dan bapak membawa anak mereka bermain riang bersama. Disisi lain terlihat pula ada yang sedang makan kerupuk kuah sate. Senikmat cinta mereka.

Jam Gadang pagi ini cerah, baru saja mau duduk di bawah pohon, pedagang kerupuk kuah menyergap kami.

Ia tawarkan dagangannya. “Kerupuk kuah bang? lima ribu saja,” tawarnya pada kami awak media yang datang khusus ke jantung Kota Bukittinggi iniuntuk meliput Tour De Singkarang etape II.

Tak lama, pedagang minuman lainnya juga datang. Sekejap saja, teh es dan jeruk dingin yang ia tenteng itu laris manis. “Semuanya 30 ribu saja pak,” ungkap wanita paruh baya itu.

Hal serupa tampaknya juga dirasakan warga dan pengunjung lainnya. Pedagang serupa tak sendiri pula. Sahut menyahut suara mereka menjajakan. “yang haus, yang harus, teh es, teh es,” suara itu terdengar dari sisi lain.

Cara berdagang seperti ini sudah agak jarang terlihat, tapi di kawasan Jam Gadang pedagang harus berlomba. Selain mereka tak sendiri sepertinya mereka sadar rezeki harus dijemput.

Mampirlah ke Jam Gadang yang ikonik, aneka makanan, cemilan dan minuman tak perlu di jemput tapi di antarkan dan datang sendiri. Sediakan saja uang disaku anda. (rahmat)