Opini  

Galanggang Arang Jadi Sarana Pengingat WTBOS, Warisan Dunia yang Tak Boleh Hilang

Panggung Galanggang Arang di Stasiun (Pasar) Pitalah. (dila)

Profesor menyebutkan, ada 3 cara pewarisan budaya kepada generasi penerus yaitu dengan mencontohkan, mengajarkan dan mengawasi. Peran dari generasi pendahulu sangat menentukan kelangsungan generasi berikutnya. Pewarisan budaya, adat istiadat dan norma dimulai dari tempat yang paling sederhana, yaitu rumah. Peran orang tua dengan mencontohkan norma-norma yang baik kepada anak-anak mereka, sangat menentukan perilaku anak di luar rumah, terutama saat berbaur dengan dunia luar.

Peran orang tua di sini tak hanya sebatas ayah dan ibu saja, melainkan paman dan bibi, kakek dan nenek, serta niniak mamak (menurut kekeluargaan di Minangkabau). Mengajarkan pengetahuan tentang budaya juga salah satu hal penting yang tak boleh dianggap sepele. Pengaruh dunia luar melalui globalisasi telah banyak memengaruhi pemikiran generasi muda saat ini, hingga bisa saja menyimpang jauh dari norma yang telah ada. Peran niniak mamak lah yang sangat memengaruhi perilaku anak-anak. Cara mengajarkan budaya dan norma tak boleh lagi seperti dahulu, dengan bentakan atau cara yang menuntut. Di zaman sekarang, anak-anak perlu diajarkan melalui cara yang dapat mereka pahami dengan baik, layaknya pengertian dari sesama teman, namun masih dengan ketentuan Kato nan Ampek atau adat berbicara kepada orang yang berbeda usia dan kedudukan.

Selain mencontohkan dan mengajarkan, hal yang tak kalah penting adalah mengawasi tindak tanduk atau perilaku mereka sehari-hari. Hal ini tentunya menjadi tanggung jawab banyak pihak. Keluarga di rumah, guru di sekolah dan warga di lingkungan sekitar tempat anak-anak tinggal dan berbaur. Melalui pengawasan yang baik dan tidak terkesan mengekang, generasi muda dapat bertumbuh dengan adab yang baik sesuai dengan adat istiadat yang berlaku, namun tetap dapat berkembang sesuai zaman.

Datuak Andomo juga menyinggung tentang pengaruh globalisasi yang dirasa berhasil menggeser bbudaya “masuk sebagai pengetahuan, merubah pemahaman dan perilaku.” Kesibukan pemenuhan kebutuhan hidup menyebabkan perubahan prioritas dan kebiasaan. Globalisasi menuntut kita keluar dari zona nyaman, menghabiskan waktu, tenaga dan pengeluaran baru.

Oleh sebab itu, Datuak Andomo menerangkan bahwa para pemuka adat (niniak mamak adaik salingka nagari) membentuk program atau langkah untuk memperbaiki dan menjaga budaya dan adat istiadat generasi muda melalui program “Niniak Mamak Maaja di Sekolah”. Dimana akan ada jadwal Niniak Mamak mengunjungi sekolah dan membuka dialog tentang budaya untuk memperbaiki perilaku dan pemahaman adat anak-anak muda di masa sekolah.

Pada sesi tanya jawab, Profesor Nusyirwan juga menyebutkan bahwa sebaiknya para datuak atau niniak mamak tidak bekerja secara organisatoris, namun sosiologis. Maksudnya lebih membawakan pengajaran atau pengertian lebih kepada warga agar lebih teredukasi dan dapat mengedukasi anak-anak mereka.

Selain dialog serius tersebut, acara Galanggang Arang dapat terbilang sukses menghadirkan dan menampilkan banyak prosesi adat dan pameran kebudayaan. Terutama berbagai penampilan mengagumkan dari anak muda setempat, melalui tarian adat, puisi dan tampilan unik lainnya. Acara tersebut ditutup dengan penampilan Dendang Basaluang hingga pukul 4 pagi.

Kemendikbudristek menginisiasi Galanggang Arang yang diadakan di berbagi titik di Sumatera Barat, yang bertujuan untuk mengaktivasi ekosistem budaya di sepanjang kawasan WTBOS. Acara ini melibatkan pemerintahan di tingkat nagari, Kerapatan Adat Nagari (KAN), dan Bundo Kanduang, guna memelihara kawasan WTBOS dan nilai-nilai budaya masyarakat setempat. Melalui acara ini, diharapkan WTBOS tetap terjaga dan dapat selalu menjadi kebanggan masyarakat Minangkabau.

Warisan budaya yang berharga di mata dunia perlu terus dikembangkan dan dijaga. Telah menjadi tugas kita sebagai generasi muda penerus bangsa agar tak hilang termakan oleh zaman. (*)