Disleding Rel Kereta Api

Seorang pengendara sepeda motor berhati-hati melintasi perlintasan kereta api yang ada di ruas jalan Prof. Dr. Hamka di daerah Tabing Kota Padang. Hirval

PADANG—Hujan tidak lebat namun tidak juga gerimis melanda daerah Tabing Kota Padang dan sekitarnya. Jalan Prof. Dr. Hamka tetap dipenuhi kendaraan dan dua arah yang berbeda. Lalu lintas yang tadinya lancar mendadak terganggu.

Sebuah sepeda motor metik dan dua orang perempuan paruh baya terbaring di aspal yang dilintasi rel kereta api. Plastik belanjaan mereka juga ikut-ikutan terlempar. Beberapa bungkus plastik dengan berbagai warna berbeda berserakan tak tahu arah.

Beberapa pengendara berhenti. Ada yang menghalangi laju kendaraan lain guna melindungi motor dan dua korban yang jatuh. Pengendara lain ada pula yang berhenti sejenak kemudian menggas kendaraannya lagi. Sedangkan pengendara beberapa pengendara roda empat memilih hanya memperlambat laju kendaraan, melengong sebentar dan berlalu.

Seorang lelaki berhelm warna-warni dan berjaket hitam, setelah memarkir motornya, langsung mencoba membangunkan motor yang jatuh tadi dan mendorongnya ke pinggir. Motornya tidak mau didorong. Ternyata giginya masih masuk.

Di tempat yang sama, beberapa lelaki lain mencoba membantu dua wanita paruh baya tadi untuk berdiri dan pindah ke pinggir jalan. Satu orang bisa dibantu dengan cepat. Satu lagi tidak. Ibuk-ibuk berbaju kuning itu memilih duduk dulu sambil memegang lututnya. Terlihat ada warna merah segar di celana panjang ibuk itu.

“Hampir tiap hari ada saja pengendara yang terjatuh ketika melintasi rel ini. Tak terhitung tahunnya lagi,” kata Doni salah seorang pemuda setempat, Jumat (6/1).

Menurut Doni, jatuhnya pengendara yang melintasi jalan tersebut juga tidak mengenal cuaca. Tidak hanya musim hujan, tetapi pada saat cuaca cerah dan matahari bersinar terang.

“Kalau cuaca cerah terkadang pengendara ceroboh melintasi rel. Tapi tidak jarang yang sudah hati-hati pun tetap terjatuh juga terutama pada musim hujan,” tukuk Doni.

Banyaknya pengendara yang terjatuh ketika melewati perlintasan tersebut diiyakan Effendi, warga lain. Meski belum pernah melihat orang yang meninggal jatuh di lokasi itu, tetapi ia mengaku pernah mendengar orang yang patah tulang.

“Kalau luka dan lecet-lecet itu sudah sangat sering. Kasihan kita. Kadang yang jatuh itu wanita muda pula,” tukuk Effendi.

Baik Effendi maupun Doni mengatakan seringnya pengendara jatuh di titik perlintasan itu disebabkan beberapa faktor. Diantaranya tempelan antara aspal dan rel yang sering terkelupas, terutama di musim hujan. Tidak hanya meninggalkan lubang terkadang juga pasir atau batu-batu kecil.

“Selain itu juga kesalahan kesalahan pengendara ketika melintasi pelintas rel tersebut. Sebaiknya melintas dalam posisi serong. Jangan lurus saja,” kata Doni.

Di sisi lain, Aditia, pengendara, mengaku salut dengan rel. Diam-diam tetapi membahayakan bagi pengendara yang melintas.

“Meski hanya berbaring diam, rel itu tetap saja bisa mensleding pengendara roda dua. Tidak satu atau dua, namun banyak,” Aditia, mengungkapkan kekagumannya terhadap rel kereta api tersebut. (Hirval)