Budaya Badoncek Jadi Pilar Pembangunan di Kota Pariaman

PARIAMAN – Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (SKSG UI) Gelar diskusi Ketahanan Kota Pariaman, dengan tema “Pilar Sosial dan Budaya Sebagai Pondasi Pengembangan Pariwisata”, bertempat di ruang rapat walikota, balaikota, Selasa (27/6).

FGD dipimpin Walikota Pariaman, Genius Umar dan dihadiri oleh Asisten II, Elfis Candra, Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya, Ferialdi, tokoh adat dari Lembaga Kerapatan Adat Minangkabau (LKAM) dan Bundo Kanduang serta para pekerja sosial, pelaku pariawisata dan tokoh muda.

Hadir menjadi narasumber dalam FGD adalah Direktur Jaringan Kota Pusaka Indonesia, Nanang Afrisal, Pusat Riset Ketahanan Nasional (PRKN) SKSG UI, Dr. Margaretha Hanita, Ketua Umum Persatuan Dosen Pariwisata Indonesia, Febby Dt Bangso dan perwakilan dari PT Kereta Api DIVRE II Sumatera Barat.

Walikota mengatakan Pilar ketahanan budaya dipilih menjadi salah satu tema serial FGD oleh SKSG UI, karena Kota Pariaman sangat terkenal sebagai daerah yang memiliki budaya paling kuat di Sumatera Barat dan dipraktekkan dalam membangun kotanya hingga kini.

Ia mencontohkan salah satunya praktik pendekatan budaya digunakan untuk membangun 25 ruas jalan sepanjang lebih kurang 50 KM, tanpa menggunakan dana APBD maupun bantuan pemerintah, namun melibatkan seluruh masyarakat yang tinggal di Pariaman maupun perantau secara gotong royong dengan tradisi budaya badoncek.

Badoncek dan Tabuik ini, sudah masuk dalam Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Peluang pembangunan Kota Pariaman di sektor pariwisata berbasis sejarah budaya, juga masih sangat besar karena merupakan pintu gerbang masuknya Islam di Sumatera Barat dan juga memiliki cagar budaya tidak bergerak berupa Stasiun Kereta Api yang dibangun sejak 1901 dan masih beroperasi sampai sekarang.

Pusat Riset Ketahanan Nasional (PRKN) SKSG UI, Dr. Margaretha Hanita, mengatakan dalam rangka menyusun strategi ketahanan kota yang berbasis pada budaya, Pemerintah Kota Pariaman kembali bekerjasama dengan SKSG Universitas Indonesia, untuk melaksanakan FGD membahas pilar ketahanan budaya Kota Pariaman.

“Keberhasilan Kota Pariaman yang dipimpin oleh Genius Umar pada pembangunan partisipasi publik, diuji Pusat Riset Kajian Nasional, SKSG UI Melalui Pilar Budaya, dan ini merupakan kerja nyata dan dirasakan langsung oleh masyarakat,” tuturnya.

Margaretha Hanita menyebutkan, Genius Umar berhasil Membuka Jalan Sepanjang 50 KM 25 Ruas Non Budgetter adalah bentuk pembangunan partisipasi publik dengan cara badoncek , seni memimpin kota pariaman dengan pendekatan budaya yang mana badoncek atau sumbangan sebagai bentuk solidaritas atau partisipasi dikemas dengan baik oleh Wako Pariaman, ucapnya.

“Dengan pendekatan pak Wali ini, telah terbangun jembatan hati antara perantau dengan orang kampung untuk membangun Kota Pariaman bersama sama,

Dalam diskusi, Direktur Jaringan Kota Pusaka Indonesia, Nanang Asfarinal, menyampaikan bahwa Pariaman sangat layak menjadi kota pusaka dan bisa memetakan kembali kawasan lama yang bisa menjadi cagar budaya seperti stasiun, pasar, dan situs pelabuhan.

“Apalagi Kereta Pariaman Express dengan rute Padang – Pariaman, hingga kini beroperasi 8 kali dan bisa menjadi primadona bagi pariwisata dan pembangunan, dan kereta api ini, satu-satunya di Sumatera Barat yang dilalui oleh Kereta Api,” jelasnya mengakhiri. (agus)