Asa Anak Putus Sekolah yang Tamatannya Hingga Magang di Jepang

PKBM GEMPITA SUMBAR

Sejumlah siswa tengah belajar di PKBM Gempita Sumbar yang berlokasi di Pasar Lalang, Belimbing, Kecamatan Kuranji, Kota Padang. (ist)

PADANG – Rahmad (23) bergegas menyelesaikan pekerjaannya mencuci piring di sebuah rumah makan di daerah Balaibaru, Kecamatan Kuranji, Kota Padang. Pemuda tanggung ini sadar, beranjak sore ia harus segera ke Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Gempita Sumbar.

Di sekolah yang berlokasi di Pasar Lalang, Belimbing, Kuranji, Padang itulah karyawan rumah makan tersebut melanjutkan pendidikannya. Maklum, ia hanya mengantongi ijazah SMP. Ia pun mengambil paket C sambil menambah ilmunya untuk kehidupan kelak.

Rahmat bersama ratusan siswa lainnya beruntung. Untuk mengambil paket A, B atau C tak diwajibkan membayar biaya sepersen pun. Semua serba gratis. Bahkan buku pelajaran, buku tulis hingga pena dan pulpen pun disediakan PKBM yang didirikan Kordinator Wilayah (Korwil) Gerakan Pemuda Tani (Gempita) Sumbar, Nurkhalis itu.

Saat ini ada 227 siswa yang belajar di sana untuk semua paket. Ratusan alumni juga sudah ditamatkan PKBM yang berdiri sejak 2018 lalu itu. Tidak sedikit di antara mereka yang melanjutkan pendidikan di berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta di Padang serta daerah lainnya di Sumbar, bahkan ada yang melanjutkan sekolah di Jepang.

Mereka yang menuntut ilmu di sini juga dari berbagai latar belakang. Ada yang kesehariannya buruh bangunan, karyawan toko, karyawan rumah makan, bahkan ada yang juru parkir. Makanya, pihak sekolah mengambil kebijakan sekolah tiga shift. Waktu belajar ada yang siang, sore dan ada malam hari.

Nurkhalis yang ditemui di Padang kemarin menjelaskan, keberadaan PKBM itu sudah lama dia inginkan. “Ini berangkat dari keinginan untuk mengakomodir pendidikan anak-anak petani yang tak melanjutkan pendidikan karena keterbatasan biaya,” katanya.

Setiap bergerak ke daerah-daerah di Sumbar untuk membangkitkan semangat memanfaatkan lahan tidur bagi pemuda Sumbar, ia selalu menemukan anak-anak petani tak tamat sekolah. “Dengan segala keterbatasan, istri beberapa teman mendirikan sekolah ini. Dan Alhamdulillah disambut antusias anak-anak yang ingin belajar,” lanjutnya.

Belakangan kata pria yang juga aktif di berbagai organisasi kepemudaan ini, tak hanya anak petani. Tetapi dari berbagai latar belakang pekerjaan orangtua. “Kita tentu tak bisa mengesampingkannya. Sekarang yang jelas mereka tak mampu membiayai anaknya ke sekolah formal ini, kita tampung di sini. Saya pun tak menyangka jumlah siswanya sebanyak ini,” jelas Khalis, panggilan akrabnya.

Untuk fasilitas belajar hingga sekarang masih memanfaatkan lahan miliknya di pekarangan rumah. “Insya Allah saya sudah bertekad akan memperbesar PKBM ini untuk pendidikan anak-anak yang orangtuanya tidak mampu. Kita upayakan semaksimal mungkin kualitas belajarnya sehingga tak kalah dari sekolah formal yang ada,” ulasnya.

Sementara para pengajar di sekolah tersebut saat ini ada 17 orang yang berasal dari alumni berbagai perguruan tinggi di Padang. “Saya berani jamim mereka berkapasitas untuk mengajar ratusan anak-anak itu. Satu hal yang pasti, para pengajarnya punya semangat yang sama, untuk memajukan anak-anak kurang mampu,” tutur Khalis lagi.

Nurkhalis pun bercita-cita untuk mendirikan sekolah formal bagi anak-anak kurang mampu untuk melanjutkan pendidikan. “Kita bercita-cita dan punya keinginan kuat untuk mendirikan sekolah gratis dari semua jenjang pendidikan untuk anak-anak kurang mampu. Semoga bisa terwujud,” katanya.

Koordinar PKBM Gempita Sumbar, Martha Suhendra menambahkan, untuk melengkapi fasiltas belajar pihaknya berupaya mendapatkannya dari pemerintah dan berbagai donatur yang ada. “Bagi siswa usia di bawah 20 tahun kita dapatkan BOP dari Kementerian yang diajukan melalui Dinas Pendidikan Kota Padang. Meskipun belum maksimal, tapi Alhamdulillah bisa menunjang pendidikan anak-anak,” katanya.