Opini  

Zaman Kutang Jatuh

Khairul Jasmi

Kutang yang jadi lagu itu, viral. Ini disebabkan ada yang melihat jatuh di jalan kampus Unand.

Jika hari alang ditemukan mungkin tak soal, tapi di hari-hari kasus pelecahan seksual sedang jadi perbincangan, maka kutang jatuh, jadi santapan netizen. Kasus itu, juga terjadi di antara mahasiswa Unand.

“La ilala kurang barendo,” dendang almarhumah Melati. Ketika lagu itu dirilis jauh sebelum ini, masyarakat masih tabu menyebut dan menjual pakaian dalam itu secara terbuka.

Kalau kini? Sensa kita kalau masuk mall, tak hanya dipajang tapi juga ada fotonya. Lalu ditemukan di jalan Unand, makin sansai kita.

Maaf Unand, tipak di engkau tiba masalah, apa hendak dikata. Kisah kita ansur dulu ke Payakumbuh, di sana apak rutiang ditangkap polisi, menyusul apak rutiang nan lain dibelenggu polisi.

Limbak nan daripada itu, di Sijunjung guru olahraga ditangkap polisi. Dia idu dan sosoh murid-murid pedusinya. Kini sudah ditahan.

Agak lain negeri kita sekarang, tukang peras banyak, tukang nafsu gila naik saja banyak pula. Kaji menjadi- jadi, baralek tiap pekan, wirid amai-amai ramai minta ampun.

Apa akal? Tangkapi saja yang berbuat ganjil-ganjil itu. Jika dibiarkan hambar pusat kita dibuatnya.

Lalu terdengar kabar anak sekolah dilapun alias diperas tiap hari lebih dari setahun. Tak mau kasih, dipikul. Terakhir divideokan oleh orang lain. Pelaku ditangkap.

Hingga ini ke atas sepertinya pemerintah mesti bekerja di luar aturan dalam buku. Jangan pidato ke pidato saja. Sedih kita oleh kampung halaman nan rancak ini.

Kutang barendo yang jatuh di jalan Unand, siapa punya? (*)