Budaya  

Webinar Satupena: Kehebatan Orang Minangkabau Dibangun Melalui Pendidikan dan Tradisi Literasi

Khairul Jasmi mencatat bahwa kaum terdidik Minangkabau tumbuh setelah Perang Paderi. Surau-surau dibangun kembali dengan puluhan ribu murid. Kemudian Belanda memperlebar jalan dagang di Minangkabau dengan maksud agar Minangkabau mudah dikendalikan. Munculah jaringan jalan raya dan jalan kereta api.

Jaringan jalan raya dan kereta api ternyata membawa manfaat lain bagi anak nagari karena mempermudah akses ke kota-kota, yang menjadi sentra-sentra sekolah Belanda, terutama di Padang, Bukittinggi dan Padang Panjang.

“Pelajar-pelajar sekolah Belanda mengubah cara pandang anak-anak Minangkabau tentang pendidikan. Pada akhir abad 18 ulama muda Minangkabau silih berganti datang ke Mekkah dan bermukim di sana. Ulama itu belajar kepada Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, yakni orang Minangkabau yang sudah bermukim di sana sampai wafat pada 1916. Semua muridnya setelah kembali ke Nusantara mendirikan madrasah-madrasah”, kata wartawan yang akrab disapa KJ itu.

Khairul Jasmi menganalogikan, kalau mau melihat kehancuran orang Minangkabau, maka jauhkan mereka dari pasar, sekolah dan surau. Sebab, ketiga tempat tersebutlah yang menjadikan orang Minangkabau kuat. Menurutnya, pasar adalah pusat ekonomi, sekolah tempat melahirkan cendikiawan dan tokoh, sedangkan surau melahirkan ulama.

Turut berkontribusi aktif dalam webinar Satupena adalah Ketua Umum Denny JA, Ketua Satupena Sumatera Barat Sastri Bakry, dan beberapa orang penanggap di antara 87 peserta webinar yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. (*)