Walaupun Sudah jadi Jenderal, Bakti Fakhrizal ke Ortu Patut Diacungi Jempol

PADANG – Elok hati, elok budi seorang anak, buah jerih payah orang tua. Didikan dan peranan orang tua, berandil besar memoles indah atau buruknya karakter seorang anak.

Walaupun sang anak telah menjadi sosok panutan orang banyak, orang tua tetap menjadi panutan seorang anak. Hal inilah bukti Fatwa Allah SWT, surga di telapak kaki ibu.

Walaupun sudah menyandang status petinggi Polri dan sempat menjadi Kapolda Kalimantan Tengah dan Sumatera Barat, Irjen Pol Fakhrizal akan selalu berstatus seorang anak. Langlah-langkah yang dituju, iringan doa orang tua, takkan pernah sunyi. Itu pasti.

Beruntung sekali sampai hari ini, Fakhrizal masih memiliki kedua orang tuanya. Masih bugar fisik mereka berdua. Masih terang pemikiran mereka. Walaupun sudah lanjut usia.

Jumat, 4 September 2020 lalu. Fakhrizal datangi kedua ayah ibunya di Kamang Mudiak, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Sabri (83) dan Asni (77). Fakhrizal sudah tak lagi muda.

Usianya sekarang 57 tahun. Tak ada lagi puluhan lidi yang digulung untuk melecut kaki sang Jenderal agar tak keluar dari ajaran yang berbudi. Sabri dan Asni, paham betul hal ini. Anak sulung dari empat bersaudara ini telah menjadi panutan dan pemimpin orang banyak. Menjadi harapan nasib jutaan masyarakat.

Saat si sulung memeluk dan mencium hangat kening kedua orangnya, guyuran air mata tumpah. Di hadapan ibu dan ayah, si jenderal redam. Ia hanyut dalam belai ibu. Dan ia tunduk.

Sabri dan Asni tahu, si sulung meminta izin untuk maju menjadi calon Gubernur Sumatera Barat periode 2021-2024. Bakal jadi ayah bagi 2.4 juta masyarakat Sumbar. Akan mewakafkan diri untuk urang minang. Adalah mimpi jika benar nantinya Fakhrizal bisa menjadi Gubernur.

Sejak dikandung badan, memang ada terselip asa, anak ini akan membawa perubahan besar bagi urang awak. Apalagi, Sabri dan Asni tahu bagaimana masa-masa sulitnya urang awak dalam perioderisasi Sumbar ada di Indonesia. Besar harapnya, Fakhrizal akan mengukir sejarah kejayaan urang minang untuk ratusan tahun yang akan datang.

“Terimalah restu dari abak dan amak zal. Masih ingat bukan petuah-petuah abak sejak kamu kecil,” sebut Sabri.

Sabri masih memeluk si sulung kala bertutur demikian. Kelopak matanya masih berbinar dan terselip asa yang besar. “Masih bak. Izal masih ingat. Masih berbudi sampai kini,” ucap Fakhrizal.

Si ibu, Asni pun tak kuat melihat pemandangan haru abak dan anak ini. Ia pun bersegera memeluk dua buah hati ini. Fakhrizal berada dalam pelukan kedua orang tuanya. Penuh kasih dan sayang. Membuat hati bergetar. Diraih kening Fakhrizal, dicium oleh si ibu.