Wabah Covid Ajang Perubahan Pelayanan Rumah Sakit di Indonesia

Wamenkes RI, Dante Saksono Harbuwono saat berkunjung ke RSUPM.Djamil Padang.yuke

PADANG-Imbas wabah Covid-19 mestinya menjadi ajang perubahan pelayanan yang lebih baik dibanding ketika kondisi normal. Sebab saat ini masyarakat Indonesia yang biasanya berobat ke luar negeri, tak bisa keluar dan mesti berobat di rumah sakit negeri sendiri.

“Jauh sebelum pandemi orang Padang, Riau berobatnya ke Malaka. Sekarang karena pandemi tidak bisa keluar negeri. Wabah ini mestinya menjadi ajang perbaikan pelayanan lebih maksimal di setiap rumah sakit, sehingga tidak ada lagi orang Indonesia yang berobat ke luar negeri,” terang Wakil Menteri Kesehatan RI, Dante Saksono Harbuwono, dalam kunjungan kerjanya ke RSUP M. Djamil Padang, Selasa (6/4).

Dikatakannya, pihak rumah sakit di berbagai daerah harus berpikir global bukan lokal dalam melakukan perubahan pelayanan yang lebih baik. Harapannya pangsa pasar rumah sakit tanah air kembali naik dan dipercaya masyarakat sendiri.

“Di Jakarta, Surabaya dan tempat lain diperkirakan ada Rp100 triliun biaya pengobatan orang yang dikeluarkan untuk berobat ke luar negeri. Jika jumlah itu diputarkan di masing-masing rumah sakit, maka berbagai kekurangan yang ada akan tertanggulangi,” terang Wamenkes.

Dengan angka ratusan triliun itu akan lahir pusat-pusat pelayanan terpadu yang optimal.

“Kuncinya hanya satu, aspek pelayanan terbaik. Dengan itu akan muncul kepercayaan dari masyarakat pada rumah sakit dalam negeri dan orang kita akan berobat kembali di dalam negeri,” sebut Dante, didampingi Direktur RSUP M. Djamil Padang, Yusirwan Yusuf dan direksi lainnya.

Mengembalikan kepercayaan masyarakat dalam negeri dengan layanan terbaik bisa terwujud secara bersama-sama. Leading sektornya ada pada orang kesehatan. Mulai dari dinas kesehatan hingga kementerian kesehatan hingga SDM kesehatan di masing-masing rumah sakit.

Disebutkannya, di Sumbar terdapat 79 rumah sakit yang terdiri dari 2 RS vertikal, RSUD dan rumah sakit swasta. Jika disinergikasn oleh kepala dinas kesehatan maka kepercayaan yang hilang dari masyarakat dalam negeri bisa dikembalikan lagi.

Sementara, dalam kesempatan itu Wamenkes juga mengatakan saat ini sekitar 95 persen bahan baku obat yang ada di Indonesia berasal dari luar negeri. Kondisi itu ke depan harus diubah, untuk mewujudkan ketahanan pangan dalam negeri.

“Mau tidak mau, suka tidak suka bahan baku obat harus bersumber dari lokal. Setidaknya 40 persen bahan baku obat harus dari Indonesia. Posisi kita yang dulunya sebagai pemakai sekarang harus menjadi produsen,” tegasnya.

Untuk mewujukan itu Kemenkes RI, sudah menggandeng beberapa institusi baik BUMN maupun swasta. Kini tinggal merealisasikannya.

“Jika harga obat itu sudah dikendalikan di negeri sendiri maka pembiayaan obat yang 5 kali lipat di Malaka, Singapura dan negara lainnya bisa ditekan,” terangnya.

Di sisi lain, Wamenkes RI mengapresiasi pelaksanaan vaksin di RSUP M. Djamil Padang. Sebab rumah sakit milik pemerintah itu atetap buka memberikan pelayanan vaksin bagi lansia pada Sabtu dan Minggu. 107/104