Usaha d’Besto Tidak Hanya Cari Untung tapi Juga Amal

Walikota Padang, Mahyeldi Ansharulah menghadiri gebyar 5th D'Besto di Sumbar, Kamis (14/3) di Hotel Axana, Padang. Ist

 

PADANG-Selama 25 tahun berada di masyarakat, jaringan usaha kuliner ayam goreng d’Besto sudah menyerap sebanyak 2.000 tenaga kerja. Angka itu tersebar pada 231 cabang d’Besto di Indonesia, terutama di Sumatera Barat.

Jaringan makanan ayam goreng ini ternyata didirikan oleh orang awak asal Guguk, Limapuluh Kota. Pasangan suami isteri drh. Evalinda Amir dan drh. Setyajid berlatar belakang dokter hewan, mereka mendirikan outlet ayam goreng, yang sebelumnya diberi nama Kentuku Fried Ciken (KuFC). Kemudian keduanya berupaya mendapatkan paten dengan merek itu, tapi tidak berhasil. Akhirnya pada 2011 berhasil mendapatkan paten dengan nama d’Besto (the best toh..).

“Keberanian kami membuka usaha kuliner ini tidak lepas dari latar belakang yang merupakan lulusan kedokteran hewan dari IPB. Apalagi, kami ingin menyajikan makanan ayam cepat saji yang higienis serta terjangkau bagi masyarakat menengah kebawah,” ujar Owner D’Besto drh. Evalinda Amir, Kamis (14/3) saat gebyar 5th D’Besto di Sumbar.

Diceritakannya, d’Besto sempat jatuh bangun. Dalam merintis usaha sudah dialami drh. Evalinda Amir bersama suaminya drh. Setyajid. Tidak hanya sekali sempat jatuh. Namun dua kali mengalami kejatuhan hingga usaha yang dibangun itu sempat tutup. Itu terjadi pada priode tahun 1998, saat krisis moneter melanda Indonesia dan tahun 2005 saat flu burung melanda.

Meski sempat tertatih-tatih karena usaha yang dirintis mengalami kemunduran. Namun, dengan keteguhan hati dan semangat yang dimiliki, pasangan ini kembali merintis usahanya. Kini sudah lebih dua puluh tahun pasangan ini merintis usaha kuliner bisnis ayam goreng krispi siap saji. Dulu bernama, Kentuky Fried Chicken (KUFC). Tetapi seiring berjalannya waktu mengukuhkan nama yang telah dipatenkan menjadi D’Besto sejak tahun 2010.

Lebih lanjut, kata Evalinda yang didampingi Setyajid, bahwa tidak hanya untuk menyajikan makanan ayam goreng krispi yang terjangkau oleh masyarakat menengah ke bawah. Namun, usahanya ini juga untuk meningkatkan perkembangan investasi di Indonesia. Salah satunya dengan membuka peluang investasi kemitraan dengan masyarakat yang ingin berinvestasi.

“Kita tidak bisa berdiri sendiri saja. Namun, kita membuka peluang bagi masyarakat yang ingin berinvestasi dengan cara kemitraan,” katanya.

Saat ini D’Besto sudah memiliki outlet cabang di Indonesia sebanyak 231 cabang. Dengan jumlah karyawan sekitar 2000 orang. Untuk di Sumbar sendiri outlet cabang berjumlah 27 cabang yang berada di beberapa daerah di Sumbar, diantaranya, Kota Padang, Payakumbuh, Bukittinggi.

“Kita membuka cabang ini tidak lepas dari kerja keras agar D’Besto dapat dijangkau masyarakat di beberapa wilayah, sekaligus ini memberikan peluang kerja bagi masyarakat,” katanya.

Di Sumbar saja, D’Besto sudah ada sejak tahun 2014 lalu. Dengan cabang Siteba yang pertama kali. Kemudian terus berkembang pada daerah lainnya.

“Sudah lima tahun keberadaan di Sumbar ini, maka kami bertekad untuk menambah cabang lagi di beberapa wilayah, sesuai dengan visi dan misi D’Besto menjadi market leader makanan cepat saji di kelas menengah. Sekaligus memajukan perekonomian dalam sektor investasi dan memberikan peluang tenaga kerja,” kata perempuan asal Ampang Badang, Talago, Kecamatan Guguk, wilayah utara Kabupaten Limapuluh Kota.