Untuk Sebuah Rumah Mewah…

BERKUNJUNG KE IBUKOTA BARU (2)

Khairul Jasmi

wartawan utama

Senja jatuh lembut di Balikpapan, saya bergerak dengan gocar menuju pusat perbelanjaan terbesar di kota itu, E-Walk. Banyak kendaraan city carparkir, namun di dalam sepi. Salam sepi itu,banyak stan jual rumah mewah.

“Ayo Pak diambil,” kata seorang sales kepada saya di sana, Selasa (01/10). Ia mencatat nama saya, tak tahu apakah ia masih berminat, demi mendengar saya dari Padang.

“Iya sepi, padahal tanggal muda,”kata Rosalina,seorang penjaga toko sepatu. Dugaannya ini karena masalah ekonomi juga.

“Bukan masalah ekonomi Pak, tapi ramainya Jumat sampai Minggu,”kata sopir ketika mengantarkan saya ke hotel.

Di pusat perbelanjaan itu saya diberi setidaknya empat brosur rumah mewah dan satu kondotel. Balikpapan Regency misalnya, menawarkan rumah mewah dengan harga Rp500 juta sampai Rp2 miliar, tanpa DP dan biaya KPR. Kemudian Batakan Village di tepi pantai, siap huni, berikut Green Vallay, dengan promosi, “rumah tengah kota, harga pinggir kota.” Tak “seberapa” cukup Rp800 jutaan. Itu baru yang saya terima brosurnya, masih ada beberapa stand lainnya. Semua menawarkan hunian yang nyaman, di sebuah kota fungsional, tetangga paling dekat ibukota baru.

Mall yang besar itu memang sepi, namun di semua geray makanan, pasti ada yang sedang bersantap. Pasangan muda perkotaan, yang tadi saya lihat memarkir mobilnya dengan enteng, masuk ke gerai makan dan menikmati pesanannya. Pemadangan serupa terlihat di lantai I, II dan III. Lama berputar-putar tanpa belanja, akhirnya saya keluar, di lobi terlihat seorang ibu muda, membeli 4 buah koper warna serupa. Mungkin ia akan berjalan jauh. Di depan lobi, lahan parkir yang luas dan seberangnya masih berderat gerai makanan, demikian juga ke samping-sampingnya.

“Dari mana Pak?” Sopir gocar bertanya.

“Padang.”

“Wah orang Padang di sini mengusai semua rumah makan,” katanya.